Fujuuroha wa taqwaha

Java Tivi
0
H-3 Yarji'u ilaa ghoriba

Tak masalah, jika memang seni mengajarmu lenyap. Kau tak diizinkan mendidik di 'penjara' lain selain di sekolahmu sendiri. Tak boleh bekerja, juga harus 'ngempet' dengan penghasilan yang jauh dari kata cukup jika dihitung dengan matematika logika. Nyatanya, engkau tak pernah kekurangan kan? Karena memang kau tak pernah menginginkan apa-apa lagi. Tidak ada sisi dunia yang sungguh-sungguh ingin kau miliki, bahkan sekedar berat badanmu. Barangkali kau harus mempertimbangkan hal itu (berat badanmu). Dia yang di atas 'Arsy selalu mencukupimu, rezeki (syariat ataupun hakikat) tak akan mampu kau pernah menghitungnya. Wa inta'uddu ni'matallah la tuhsuha. Maka pembunuhan karakter, seni mengajarmu itu juga bukan masalah. Karena merasa terbunuh hanya untuk mereka yang merasa memiliki hidup. Sedangkan wa mahyaya wa mamati lillahi robbil 'alamin. Jangan kau anggap mereka yang terbunuh di jalan allah itu mati, sesungguhnya mereka hidup. Wa la taqulu limayyuqtal fi sabilillahi amwat, bal ahya-u wa lakilla tasy'urun.

Disiplin dan pendidikan dari Tuhan membawamu pada satu pemahaman yang makin nampak. Dari kordinat fujuuroha wa taqwaha, kau sampai pada 'penglihatan' itu. Tentang dunia yang benar-benar tak lebih besar dari setetes air di hadapan samudera. Karena hanya setetes kualitas itu, kenikmatannya pun tak jauh dari setetes air itu. Lingkaran pikiran, ruang-ruang ganti setan, arah-arah kegelapan, mengonstruksi, membentuk kesadaran yang timpang. Kesadaran 'majnun' (yang tertutupi) dari kebenaran. Jalan sampah atau jalan kenikmatan, fa alhamaha fujuuroha wa taqwaha, sudah makin jelas. Lalu apakah kau akan terus mengorek-ngorek sampah, menjual harga diri, merendahkan kemuliaan yang oleh Tuhan benar-benar ditinggikan? Bagaimana mungkin manusia mau saling berebut untuk sampah? Yaa ayyuhal insan, ma ghorokal birobbikal kariim? Bangga dengan kepemilikan sampah, bahkan mempercantik sampah yang juga adalah jasadiyahnya sendiri? Karena fujuur adalah sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dan taqwa adalah haknya jiwa. Jasad dan segala apa saja yang ada di dunia ini akan lenyap, Tuhan tak menjadikan itu sesuatu yang tetap ada ketika manusia menghadap-Nya. Kullu man alaiha fan, wa yabqo wajhu robbika dzil jalali wal ikram.

Jadi, setelah ini, putaran kehidupanmu di satu tahun kemarin dan hari-hari ini, kau harus mengubah 'matamu'. Kini kau sudah melihat, mereka yang hidup mendapatkan dzalikal fauzun kabir, bahkan sebelum sampai ke surga. Jiwa-jiwa yang saling berbincang tentang keindahan, cinta, dan ketuhanan di sisimu, di wilayah yang amat sangat halus. Jiwa-jiwa yang rumahnya sangat luas, sangat berjauhan, dari jauh hanya terlihat seperti galaksi yang putih atau hijau tua, mud-hammatan, tapi dapat saling berjumpa hanya dengan seperti mengedipkan mata. Dan itu bukan di surga. Itu di wilayah yang engkau dan mereka satu tempat, hanya beda lapisan, beda langit. Mereka yang berbincang dengan bahasa hati, berbahasa tanpa kata, yang lebih cepat daripada rumus E=m.c². Bersambung...

Sabtu, 7 September 2019

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)