Ilaihi roji'un

Java Tivi
0
Terakhir dari rangkaian esai Yarji'u Illaa Ghoriiba.

Qiyamat, itu bukan berarti penghancuran. Meski mungkin juga ada sisi-sisi yang dihancur-tumbuhkan. Qiyamah adalah dibangkitkannya apa yang memang sudah hidup sebelumnya. Maka kematian itu tidak ada, secara ontologis, hakikat, tubuh itu memang benda mati, sesuatu yang tak ada, dan kematian adalah ketika jiwa kembali pada qodrat asalnya : ilaihi roji'un.

Bukankah tiap saat Tuhan berfirman memanggilmu, yaa ayyatuhan nafsul muthma'inah. Wahai jiwa-jiwa yang telah kembali pada qodratnya, yang telah sampai pada keseimbangan konstan, yang telah mendengar seruan 'belum datangkah waktumu untuk tunduk taat', yang telah melihat ruang-ruang ganti setan lalu dengan itu ia menelanjangi mereka, yang telah melampaui lingkaran pikirannya sendiri, dan telah diturunkan cahaya sampai ia mampu melihat arah-arah kegelapan yang selalu menarik-narik jiwa menuju kebinasaan, yang berada dalam golongan nafsul muthma'inah.

Jalan sunyi yang kau tempuh itu, adalah konsekuensi ketidaktertarikanmu pada jalan fujuuroha, dan memilih untuk wa taqwaha. Jika sang musuh yang memang seharusnya kita perlakukan sebagai musuh, fattakhidzuhu aduwaa, selalu mengalir dalam darahmu, maka mungkinkah Dia tak selalu berada di wilayah yang lebih dekat denganmu daripada itu? Wa nahnu aqrobu min hablil wariidz. Jika sang penggoda selalu mencari celah kesempatan kapan saja kau lengah, maka mana mungkin sang kekasih membiarkanmu begitu saja tanpa penjagaan yang serupa, atau bahkan lebih kuat dan dekat? Wa yursilu 'alaykum hafadzotan. Dan ketika kau bertanya dimana Dia, anni fa inni qoriib.

Tidak ada perjalanan yang tak pernah usai. Selesai dalam waktu, atau selesai dalam mengerjakan sesuatu. Bumi pada akhirnya akan berhenti berputar, matahari berhenti bersinar, dan galaksi mungkin saja di suatu waktu yang sangat jauh, atau mungkin sebentar lagi, akan kembali dikumpul-satukan. Dengan tunduk atau terpaksa, kita akan datang memenuhi panggilan-Nya. I-tiyaa thow'an aw karha qolataa aatayana tho-i'in. Maka tak ada yang datang dengan terpaksa, semua menghadap sang raja di ujung waktu itu dengan tunduk taat. Bisa jadi, telah lama kau dipanggil untuk suatu tanggung jawab yang berat, dalam kapasitasmu. Layukalifullah nafsan illa wuz-aha. Lalu, apa yang menjadikanmu menunda untuk menemui-Nya. Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Dan ini tentu saja bukan ayat untuk orang-orang mati. Dan jika pun itu adalah doa penutup, tokoh kita itu, Jon Quixote, hendak menutupnya dengan berdoa : Tuhanku, jangan tutup umurku dengan penyesalan atas perjalanan yang pernah aku alami. Tutuplah umurku dengan rasa puas, rasa syukur, bahwa umur (urusan) ku telah aku selesaikan dengan sebaik-baiknya. Amiin. Selesai.

Senin, 9 September 2019 (dini hari menjelang 10 September)

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)