H-4 Yarji'u ilaa ghoriiba
Jurus setan lainnya adalah melenyapkan fokus. Menjulingkan sudut pandangan menjadikan diri tak sanggup mengelola kekuatan baru : kesabaran, rasa dekat, keikhlasan, dll. Selain ghurur, dan menjadikan dunia sebagai senjatanya, keinginan sebagai kendaraan setan : yang juga jurus mereka. Maka kuatkanlah dirimu. Mohonlah izin pada Tuhanmu, agar ketika mereka jatuh, engkau mampu untuk meraih mereka. Sedangkan jika kau jatuh? Bukankah kau memang selalu berada di bawah? Kejatuhan bagaimana untuk manusia yang selalu berada di kerendahan?
Karena jalan menuju puncak, apapun itu (kekayaan/kemuliaan) sangat jauh dan berat. Kita melihat dan paham, bahwa pemahaman tentang itu mereka tak punya. Bahwa puncak itu diraih dengan lelahnya perjalanan, dan berat di sisi belakang juga depannya. Bekal yang cukup, dan mampu menghadapi tiap ujian hidup dengan jurus yang selalu berubah, bertambah kuat.
Puncak itu tak dapat diraih kecuali oleh orang-orang yang fokus, yang khusyu'. Dan jelas khusyu' itu sangat berat, karena mengendalikan pikiran saja agar tak 'bolak-balik', lumayan repot disiplinnya. Siapa itu orang-orang yang fokus, khusyu'?
Aladzina yadzkuruunallaha qiyamaw wa qu'udaw wa ala junuubihim, mereka yang ketika duduk, berdiri, berbaring, berjalan, tetap konstan mengingat Tuhan mereka dan 'tak mendahului waktu'. Saat duduk tidak dulu fokus nanti saat berdiri, begitupun saat berdiri tidak dibayangi ketakutan nanti saat berbaring. Khusyu', fokus, dalam duduk, berdiri, berbaring, tak terburu-buru terbawa pikiran yang kemana-mana, sedang diri dalam keadaan yang lain.
Maka sudah pasti telah datang waktunya untuk kita tunduk, pikiran ini tahu diri, dengan wilayah yang bukan tempatnya. Menancapkan 'kaki pikiran' agar tak mendahului dan tak mengganggu apa yang diri lakukan. Sudah pasti telah datang waktunya 'amanu antakhsya'a qulubuhum lidzikrillahi wa ma nazala minal haq'. Untuk beriman, tunduk, khusyu', menaati yang hati, ruh, Tuhan ucapkan pada diri di dalam sana.
Jumat, 6 September 2019
Jurus setan lainnya adalah melenyapkan fokus. Menjulingkan sudut pandangan menjadikan diri tak sanggup mengelola kekuatan baru : kesabaran, rasa dekat, keikhlasan, dll. Selain ghurur, dan menjadikan dunia sebagai senjatanya, keinginan sebagai kendaraan setan : yang juga jurus mereka. Maka kuatkanlah dirimu. Mohonlah izin pada Tuhanmu, agar ketika mereka jatuh, engkau mampu untuk meraih mereka. Sedangkan jika kau jatuh? Bukankah kau memang selalu berada di bawah? Kejatuhan bagaimana untuk manusia yang selalu berada di kerendahan?
Karena jalan menuju puncak, apapun itu (kekayaan/kemuliaan) sangat jauh dan berat. Kita melihat dan paham, bahwa pemahaman tentang itu mereka tak punya. Bahwa puncak itu diraih dengan lelahnya perjalanan, dan berat di sisi belakang juga depannya. Bekal yang cukup, dan mampu menghadapi tiap ujian hidup dengan jurus yang selalu berubah, bertambah kuat.
Puncak itu tak dapat diraih kecuali oleh orang-orang yang fokus, yang khusyu'. Dan jelas khusyu' itu sangat berat, karena mengendalikan pikiran saja agar tak 'bolak-balik', lumayan repot disiplinnya. Siapa itu orang-orang yang fokus, khusyu'?
Aladzina yadzkuruunallaha qiyamaw wa qu'udaw wa ala junuubihim, mereka yang ketika duduk, berdiri, berbaring, berjalan, tetap konstan mengingat Tuhan mereka dan 'tak mendahului waktu'. Saat duduk tidak dulu fokus nanti saat berdiri, begitupun saat berdiri tidak dibayangi ketakutan nanti saat berbaring. Khusyu', fokus, dalam duduk, berdiri, berbaring, tak terburu-buru terbawa pikiran yang kemana-mana, sedang diri dalam keadaan yang lain.
Maka sudah pasti telah datang waktunya untuk kita tunduk, pikiran ini tahu diri, dengan wilayah yang bukan tempatnya. Menancapkan 'kaki pikiran' agar tak mendahului dan tak mengganggu apa yang diri lakukan. Sudah pasti telah datang waktunya 'amanu antakhsya'a qulubuhum lidzikrillahi wa ma nazala minal haq'. Untuk beriman, tunduk, khusyu', menaati yang hati, ruh, Tuhan ucapkan pada diri di dalam sana.
Jumat, 6 September 2019