Visi MI Ar Rahman

Java Tivi
0
Mukodimmah evaluasi rutin
Sabtu, 14 September 2019

"... Bergembira dengan apa yang Allah takdirkan pada kita."

Sepotong visi itu sudahkan bapak/ibu guru pahami? Bukan tentang penerimaan mutlak, bahwa misalnya kita memang ditakdirkan menjadi guru berhonor kecil dan begitu sampai kita tua. Bukan, sama sekali bukan. Itu namanya menyerah, putus asa. Tuhan memberikan pilihan pada kita, selalu, dengan konsekuensi masing-masing. Batasannya adalah, jangan pernah melanggar aturan-Nya, dan bersyukurlah pada bapak/ibu kita. Dalam satu hari, pernahkah kita menghitung pelanggaran-pelanggaran kita pada-Nya, baik yang wajib ataupun yang sunnah? Tentu, Dia maha pengampun. Tapi lebih baik lagi jika kita semakin baik di hari-hari selanjutnya.

_Man lam tardlo bi qodlo'i, wa lam yashbir bil bala'i, wa lam yashkur bi na'ma'i, falyakruj tahtis sama'i / falyatakhid robba sawa'i_. Siapa yang tak rido dengan ketetapan-Ku, tak sabar dengan ujian-Ku, tak bersyukur dengan nikmat-Ku, sana pergi dari bawah langit-Ku / sana pergi cari Tuhan selain Aku.

Itu hadits qudsi. Bapak/ibu guru, jika tiap hari kita mengeluh atau bahkan berprasangka buruk pada Tuhan, berapa kali-kah kita bersyukur dengan apa yang Dia berikan? Mata kita normal, telinga tak budek, tangan kaki masih kuat, masih terasa enak ketika makan sekalipun hanya nasi sambal goreng di pagi hari.

Visi itu kita tanamkan pada anak-anak kita sejak kecil. Agar suatu saat nanti ketika pikiran mereka mulai Allah kuatkan, setidaknya akan berkunjung ke sekolah kita ini dan bertanya : apa maksud bergembira dengan takdir yang Allah berikan, Pak/Bu? Dan saat mereka bertanya seperti itu, kita paham, bisa jadi ia sedang merasa terpuruk dalam hidupnya. Dan sebagai guru, sudah sewajarnya kita juga belajar, terus belajar, bagaimana memperbaiki diri dari hari ke hari.

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)