Hantu buruk rupa di tengah kebun

Java Tivi
0

Ini bukan cerita horor. Masih seputar kisah tokoh kita, Jon Quixote. Penuturan dari Beth, teman masa kecil si Jon yang sampai saat ini masih setia menampung celoteh-celoteh dia yang sebenarnya berat : omong kosong.

Orang-orang melihatnya sebagai seseorang yang terlalu tegang. Ibarat kain kutang, itu akan putus jika disentuh, entah kekecilan atau terlalu besar muatannya. Tapi wajah jiwanya tegang, atau buruk rupa seperti setan (eh, mungkin setan juga takut melihat wajahnya) hasil dari keroyokan orang-orang dewasa di lingkungannya. Ibarat anak sok jagoan, ia melindungi sesuatu yang memang oleh Tuhan diminta menjaganya. Lalu begitulah, bekas-bekas pukulan, tendangan, tusuk dan sayatan masih terlihat jelas. Membuatnya seperti setan buruk rupa di tengah kebun tempat sekolahnya.

"Mengapa kau tak lari, Jon?" tanya Beth, yang langsung dijawab sendiri. "Oh iyayah, kau kan disuruh menjaganya, hehe,"

Si Jon pengin ngegampar wajah mulus si Beth.

"Mengapa kau tak melawan, meminta bantuan saat itu?" Tanya Beth lagi.

"Aku juga melawan, Beth," jawab Jon. "Perlawanan paling hebat dari seorang manusia adalah ketika ia bertahan dalam tekanan yang besar. Wa jahidhum jihadan kabiiro,"

"Kau mengartikan ayat itu dengan bertahan, Jon?"

"Iya," jawabnya pendek. "Fa ainama tadzhabun? Akan meminta bantuan ke siapa, jika Tuhan saja membiarkan aku dalam kondisi begini,"

"Lah, terus gimana?"

"Ya gak gimana-gimana,"

"Grrr... Kau tuh ada greget hidup kek," Beth jadi kepanasan sendiri. "Yak jadi orang kok pasrah-pasrah banget,"

"Lho, kau ini gimana, Beth," Jon menanggapi. "Pasrah yang tak mati-mati dalam penindasan itu justru kekuatan yang sangat besar,"

"Iya, tapi kan kau jadi tegang begitu," kata Beth lagi. "Orang mau bercanda denganmu itu ragu, ini orang bakal tambah suram enggak,"

"Kau ini bagaimana, bercanda-bercanda saja, gak usah peduli orang itu normal atau lagi koma. Kalau wajah jiwaku memang buruk, aku babak belur, apakah masih ada efek dibercandain seperti apapun juga? Dalam kadar tertentu, orang-orang yang terbiasa tersakiti itu akan terasa nikmat justru ketika ada orang-orang yang menganggap akan menyakitinya,"

"Iya, tapi kan wajah jiwamu jadi tegang begitu, hancur, kek setan,"

"Yang penting udah laku gue, Beth,"

Uhuk!

Beth meminum kopinya dan pamit pulang.

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)