Ada seorang anak muda datang pada gurunya bercerita tentang pedihnya kehidupan. Sang guru membawakannya segelas air putih dan sesendok garam yang diaduk di dalamnya. Lalu disuruhnya anak muda itu mencicipinya.
"Bagaimana rasanya?" tanya sang guru.
"Tentu saja asin, guru. Tak enak," jawab muridnya.
Lalu sang guru mengajaknya ke telaga. Kemudian mencampurkannya sesendok garam ke telaga itu.
"Coba kamu cicipi airnya,"
"Segar, guru. Tak terasa asinnya," kata sang murid.
"Besarkan jiwamu, nak," lanjut sang guru. "Jiwa yang sesempit gelas, garam sesendok saja akan membuatnya pahit. Jangan meminta pada Tuhan tanggungjawab yang sebenarnya kamu masih terlalu kecil untuk mengurusnya. Dan ketika itu datang tanpa kau pinta, besarkan jiwamu. Manusia membutuhkan penderitaan untuk membesarkan jiwanya,"
Alat pembesar dada, kalau kata Jon Quixote. Wadlo-iqun bihi shodruka ayyaqulu... Annaka yadliqu shodruka bima yaquulun. Dada yang merasa sempit dengan derita, atau perkataan orang itu ada obatnya. Yaitu quran, baik itu yang berupa tulisan juga berwujud semesta, min afaq wa min anfushihim. Semesta kecil yaitu diri sendiri, dan semesta besar.
Tak perlu menghitung-hitung derita, karena sebenarnya manusia memiliki pilihan, untuk bersabar atas apa yang merasa berat menimpanya, atau bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan padanya sekalipun hanya menghirup nafas tanpa batuk atau tubuh yang sehat.
Seperti yang dikatakan Jon pada istrinya, Joan.
"Setidaknya kamu harus tahu derita suamimu. Kamu tahu aku kerja, bahkan sangat keras. Kamu juga mungkin tahu bagaimana tersiksanya seorang guru yang dipaksa untuk tidak mendidik banyak orang. Itu seperti seekor elang yang terbiasa terbang tinggi, lalu kakinya dirantai.
Kita punya pilihan, mau bersabar dengan hinaan, ejekan, intimidasi yanh aku terima disini, atau bersyukur dengan apa yang allah berikan.
Sudah sangat lama aku tak melihat manusia ketika mereka menyakitiku. Aku melihat allah. Termasuk ketika istriku marah, ngambek. Dan allah tahu, seperti apapun dunia ini memperlakukanku, tak sedikitpun cinta ini berubah.
Fa atashbirun, ya shohibi? Fa li robbika fashbir.
Atau kamu bisa belajar, bersyukur dalam ketiadaan sepertiku.
Kerja nyaris tanpa upah yang setimpal, punya istri dan anak tanpa bisa terhibur, punya gelar tapi tak boleh mengajar, dititipi ilmu tapi harus menyembunyikan diri dulu, kelaparan tapi allah memberi kemiskinan, dihina, direndahkan, diejek, tapi aku tetap masih bisa bersyukur.😊"
Kira-kira, obat pembesar dada apa yang Jon minum itu? Dia over dosis sepertinya.
"Bagaimana rasanya?" tanya sang guru.
"Tentu saja asin, guru. Tak enak," jawab muridnya.
Lalu sang guru mengajaknya ke telaga. Kemudian mencampurkannya sesendok garam ke telaga itu.
"Coba kamu cicipi airnya,"
"Segar, guru. Tak terasa asinnya," kata sang murid.
"Besarkan jiwamu, nak," lanjut sang guru. "Jiwa yang sesempit gelas, garam sesendok saja akan membuatnya pahit. Jangan meminta pada Tuhan tanggungjawab yang sebenarnya kamu masih terlalu kecil untuk mengurusnya. Dan ketika itu datang tanpa kau pinta, besarkan jiwamu. Manusia membutuhkan penderitaan untuk membesarkan jiwanya,"
Alat pembesar dada, kalau kata Jon Quixote. Wadlo-iqun bihi shodruka ayyaqulu... Annaka yadliqu shodruka bima yaquulun. Dada yang merasa sempit dengan derita, atau perkataan orang itu ada obatnya. Yaitu quran, baik itu yang berupa tulisan juga berwujud semesta, min afaq wa min anfushihim. Semesta kecil yaitu diri sendiri, dan semesta besar.
Tak perlu menghitung-hitung derita, karena sebenarnya manusia memiliki pilihan, untuk bersabar atas apa yang merasa berat menimpanya, atau bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan padanya sekalipun hanya menghirup nafas tanpa batuk atau tubuh yang sehat.
Seperti yang dikatakan Jon pada istrinya, Joan.
"Setidaknya kamu harus tahu derita suamimu. Kamu tahu aku kerja, bahkan sangat keras. Kamu juga mungkin tahu bagaimana tersiksanya seorang guru yang dipaksa untuk tidak mendidik banyak orang. Itu seperti seekor elang yang terbiasa terbang tinggi, lalu kakinya dirantai.
Kita punya pilihan, mau bersabar dengan hinaan, ejekan, intimidasi yanh aku terima disini, atau bersyukur dengan apa yang allah berikan.
Sudah sangat lama aku tak melihat manusia ketika mereka menyakitiku. Aku melihat allah. Termasuk ketika istriku marah, ngambek. Dan allah tahu, seperti apapun dunia ini memperlakukanku, tak sedikitpun cinta ini berubah.
Fa atashbirun, ya shohibi? Fa li robbika fashbir.
Atau kamu bisa belajar, bersyukur dalam ketiadaan sepertiku.
Kerja nyaris tanpa upah yang setimpal, punya istri dan anak tanpa bisa terhibur, punya gelar tapi tak boleh mengajar, dititipi ilmu tapi harus menyembunyikan diri dulu, kelaparan tapi allah memberi kemiskinan, dihina, direndahkan, diejek, tapi aku tetap masih bisa bersyukur.😊"
Kira-kira, obat pembesar dada apa yang Jon minum itu? Dia over dosis sepertinya.