Untuk mimpi mimpi yang mustahil,
Untuk melawan musuh yang tidak ada duanya,
Untuk beban dengan kesedihan tak tertahankan
Untuk mengejar dimana keberanian tak berani pergi
Untuk membenarkan kebenaran yang disalahkan
To dream the impossible dream,
To fight the unbeatable foe,
To bear with unbearable sorrow
To run where the brave dare not go
To right the unrightable wrong
_Don Quixote de la Mancha_
"Engkau, atau siapapun dan bahkan apapun di semesta ini adalah ayat Tuhan yang sedang dikumandangkan, sedang berjalan," ucap Sang Guru. Jon berkunjung untuk kesekian kalinya setelah jumud (beku/buntu) mencari jawab dari pertanyaan-pertanyaan teologisnya. "Engkau sedang berjihad. Ujianmu berat. Tapi, apakah kau tak mengira, bahkan setiap orang-orang dholim pun mereka juga berada dalam ujian berat. Kau tahu perbedaannya?"
Jon mendengarkan dengan khidmat. Seakan ia adalah pohon layu yang siap menerima siraman air sebanyak apapun. Pohon layu yang hampir mati.
"Aku akan menunggu dengan sabar sampai kau berada di wilayah yang aku rasakan," lanjut sang guru. "Ketika kau telah berada di hadapan-Nya, tak akan lagi ada pertanyaan dan gugatan,"
"Pendidikan yang Tuhan berikan pada kita jelas menggunakan kurikulum terbaik. Dia tak cepat-cepat menilai, karena ujian akhir justru diawali dengan pertanyaan Munkar Nakir. Kau harus pahami, Tuhan tak mungkin mengembargo rahmat-Nya. Karena Dia kataba ala nafsihi rohmah, menetapkan kasih sayang atas diri-Nya sendiri. Semua bisikan tentang-Nya yang ada dalam kepalamu, quran adalah konfirmasinya. Dan setan, taqulu alallah ma la ta'lamun, dia selalu menggambarkan Tuhan bertolak belakang dengan informasi qur'an,"
"Kau harus naik ke maqom selanjutnya, bahwa seringkali tidak ada hubungannya bekerja dengan rezeki Allah. Gaji atau upah yang manusia dapatkan dari kerjanya bukanlah sebab akibat. Melainkan karena Allah yang Maha Memberi Rezeki, dan Menahannya. Doa-doa yang terkabul itu bukan karena doa atau amal ibadah kita, melainkan karena Dia menentukan qodar untuk Diri-Nya Sendiri bahwa Dia memang Maha Pengabul Doa,"
"Pahamilah, dan terimalah jika selama ini kita menunggu di pintu yang belum tepat. Pintu yang tak akan terbuka, karena memang itu bukan wilayah kita saat ini. Berjalanlah lagi. Teruslah mencari. Jangan berhenti, karena putus asa dari rahmat Allah hanya untuk orang-orang yang memiliki kebodohan luar biasa besar. Pintu itu akan terbuka ketika kita sudah saatnya. Sedang saat ini, bisa jadi kita mencangkul disini, namun pohon rezeki itu akan tumbuh di tempat lain yang itu akan diantarkan padamu. Karena bagi-Nya, sangat mungkin tidak ada hubungan antara gerak dan hasil. Yang Dia wajibkan adalah gerakmu, sedang hasil itu terserah Dia. Mungkin muncul di tempat lain, mungkin akan datang dalam kuantitas yang sangat besar, mungkin juga memberimu kekuatan yang menjadikanmu sadar. Kau berlelah-letih disitu, tapi hasil berada di tempat lain yang sedang menujumu. Innama amruhu idza aroda syai-an, ayyaqula kun fa yakun. Pahamilah mana amr-mu, dan mana amr-Nya,"
"Kini kau paham, apa perbedaannya?"
Untuk melawan musuh yang tidak ada duanya,
Untuk beban dengan kesedihan tak tertahankan
Untuk mengejar dimana keberanian tak berani pergi
Untuk membenarkan kebenaran yang disalahkan
To dream the impossible dream,
To fight the unbeatable foe,
To bear with unbearable sorrow
To run where the brave dare not go
To right the unrightable wrong
_Don Quixote de la Mancha_
"Engkau, atau siapapun dan bahkan apapun di semesta ini adalah ayat Tuhan yang sedang dikumandangkan, sedang berjalan," ucap Sang Guru. Jon berkunjung untuk kesekian kalinya setelah jumud (beku/buntu) mencari jawab dari pertanyaan-pertanyaan teologisnya. "Engkau sedang berjihad. Ujianmu berat. Tapi, apakah kau tak mengira, bahkan setiap orang-orang dholim pun mereka juga berada dalam ujian berat. Kau tahu perbedaannya?"
Jon mendengarkan dengan khidmat. Seakan ia adalah pohon layu yang siap menerima siraman air sebanyak apapun. Pohon layu yang hampir mati.
"Aku akan menunggu dengan sabar sampai kau berada di wilayah yang aku rasakan," lanjut sang guru. "Ketika kau telah berada di hadapan-Nya, tak akan lagi ada pertanyaan dan gugatan,"
"Pendidikan yang Tuhan berikan pada kita jelas menggunakan kurikulum terbaik. Dia tak cepat-cepat menilai, karena ujian akhir justru diawali dengan pertanyaan Munkar Nakir. Kau harus pahami, Tuhan tak mungkin mengembargo rahmat-Nya. Karena Dia kataba ala nafsihi rohmah, menetapkan kasih sayang atas diri-Nya sendiri. Semua bisikan tentang-Nya yang ada dalam kepalamu, quran adalah konfirmasinya. Dan setan, taqulu alallah ma la ta'lamun, dia selalu menggambarkan Tuhan bertolak belakang dengan informasi qur'an,"
"Kau harus naik ke maqom selanjutnya, bahwa seringkali tidak ada hubungannya bekerja dengan rezeki Allah. Gaji atau upah yang manusia dapatkan dari kerjanya bukanlah sebab akibat. Melainkan karena Allah yang Maha Memberi Rezeki, dan Menahannya. Doa-doa yang terkabul itu bukan karena doa atau amal ibadah kita, melainkan karena Dia menentukan qodar untuk Diri-Nya Sendiri bahwa Dia memang Maha Pengabul Doa,"
"Pahamilah, dan terimalah jika selama ini kita menunggu di pintu yang belum tepat. Pintu yang tak akan terbuka, karena memang itu bukan wilayah kita saat ini. Berjalanlah lagi. Teruslah mencari. Jangan berhenti, karena putus asa dari rahmat Allah hanya untuk orang-orang yang memiliki kebodohan luar biasa besar. Pintu itu akan terbuka ketika kita sudah saatnya. Sedang saat ini, bisa jadi kita mencangkul disini, namun pohon rezeki itu akan tumbuh di tempat lain yang itu akan diantarkan padamu. Karena bagi-Nya, sangat mungkin tidak ada hubungan antara gerak dan hasil. Yang Dia wajibkan adalah gerakmu, sedang hasil itu terserah Dia. Mungkin muncul di tempat lain, mungkin akan datang dalam kuantitas yang sangat besar, mungkin juga memberimu kekuatan yang menjadikanmu sadar. Kau berlelah-letih disitu, tapi hasil berada di tempat lain yang sedang menujumu. Innama amruhu idza aroda syai-an, ayyaqula kun fa yakun. Pahamilah mana amr-mu, dan mana amr-Nya,"
"Kini kau paham, apa perbedaannya?"