Aku kira, aku telah sampai di titik yang cukup dekat dengan-Nya. Menetapkan keyakinan yang konstan, ajeg, tak berubah meski lapar, miskin, dan terhina di dunia. Tapi sepertinya itu saja masih terlalu sedikit, remeh, sampah. Jika memang yang kita butuhkan akan Ia berikan, tapi apakah kita hanya perlu diam saja? Bukankah, jika kita berjalan lalu mendapatkan kebutuhan itu, tanpa menunggu pertolongan Tuhan, bukankah yang kita dapatkan itu juga dari Tuhan? Lalu, ternyata aku hanya dalam kebingungan. Ketika banyak perut dan kehormatan harus aku jaga, namun aku pun tak berdaya apa-apa. Memohon pada Tuhan pun tak kunjung diberikan jalan-Nya. Lalu, apakah itu tanda aku harus diam dan sekedar menunggu saja? Bagaimana jika harinya tiba, Dia masih saja menahan rezeki-Nya, dan meminta kita lagi-lagi untuk sabar menghadapinya? Keimananku konstan, meski terasa pedih. Tapi bagaimana dengan mereka?