Dua hari si Jon absen dari sekolahnya karena sakit, dua kabar tak enak disampaikan salah satu guru sekolahnya.
"Engsel gembok wc rusak, didobrak dari luar," katanya. "Sekat kelas juga bolong-bolong, dirusak anak,"
Ah, sudah biasa. Gumam si Jon.
Ibarat pawang, Jon mungkin memang jadi kuncen sekolah itu. Beberapa kali banjir datang juga sebagai teguran, biar dia jangan terlalu fokus dengan tugas di luar sekolah kaum tertindas itu. Dua tahun dia 'nganggur', cuma di sekolahannya yang nyaris tanpa prospek itu, alhamdulillah, sekalipun hujan besar, hanya banjir se-leher kucing saja menyapa sekolahnya.
Resiko jadi orang pethakilan ('sombong'), dia diberikan tugas memperbaiki kerusakan yang telah diperbuat orang-orang sebelumnya. Filosofi saat sekolah dasar memang cenderung benar, 'anak-anak berandalan itu harus dikasih tanggung jawab besar'. Agar ia mengerti, bahwa ada banyak hal yang belum ia pahami, dan seharusnya menjadi fokus hidupnya daripada sifat meremehkan keadaan itu.
Jelas banyak yang salah dalam sistem pendidikan kita. Guru-guru pun mengajarkan ketimpangan, penyempitan makna, kedangkalan belajar dan berpikir. Anak-anak nakal justru lahir dari pembelajaran yang membosankan. Dan anak-anak bodoh justru dibanggakan, yaitu mereka yang melek mata dan mendengar telinganya tapi tanpa berpikir. Hanya menerima tanpa bertanya, tanpa penasaran apa saja yang diajarkan.
Pertempuran pun semakin jelas. Antara dajjal yang 'meruhani', merasuk ke sel-sel terdalam manusia. Melawan cahaya Tuhan yang masih kerlap kerlip di generasi ini. Olehnya, keburukan terlihat sebagai kebaikan, api nampak seperti air, cahaya padahal kegelapan, merasa memperbaiki sedangkan menambah kerusakan. Apa tanda yang membedakan?
Para perusak akan berkata, "Innama nahnu muslihun¹," justru kami datang untuk memperbaiki. Pembelaan yang bertolak belakang dari apa yang mereka kerjakan. Lalu apa yang akan dikatakan mereka yang benar-benar memperbaiki?
"Wa jaahadu bi amwalihim wa anfushihim fii sabilillah²," mereka yang tak pernah mempedulikan harta dan jiwanya, karena telah sampai padanya pemahaman : manusia diciptakan di dunia untuk memperbaiki apa yang telah dirusak oleh manusia lainnya. Menegakkan ketimpangan, mencukupkan yang dikurangi, membagikan yang menumpuk, dan terus bersaksi bahwa tidak ada Tuhan apapun selain Allah.
¹Al-Baqarah ayat 11
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِى الْأَرْضِ قَالُوٓا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan".
²Al-Hujurat ayat 15
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجٰهَدُوا بِأَمْوٰلِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولٰٓئِكَ هُمُ الصّٰدِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
"Engsel gembok wc rusak, didobrak dari luar," katanya. "Sekat kelas juga bolong-bolong, dirusak anak,"
Ah, sudah biasa. Gumam si Jon.
Ibarat pawang, Jon mungkin memang jadi kuncen sekolah itu. Beberapa kali banjir datang juga sebagai teguran, biar dia jangan terlalu fokus dengan tugas di luar sekolah kaum tertindas itu. Dua tahun dia 'nganggur', cuma di sekolahannya yang nyaris tanpa prospek itu, alhamdulillah, sekalipun hujan besar, hanya banjir se-leher kucing saja menyapa sekolahnya.
Resiko jadi orang pethakilan ('sombong'), dia diberikan tugas memperbaiki kerusakan yang telah diperbuat orang-orang sebelumnya. Filosofi saat sekolah dasar memang cenderung benar, 'anak-anak berandalan itu harus dikasih tanggung jawab besar'. Agar ia mengerti, bahwa ada banyak hal yang belum ia pahami, dan seharusnya menjadi fokus hidupnya daripada sifat meremehkan keadaan itu.
Jelas banyak yang salah dalam sistem pendidikan kita. Guru-guru pun mengajarkan ketimpangan, penyempitan makna, kedangkalan belajar dan berpikir. Anak-anak nakal justru lahir dari pembelajaran yang membosankan. Dan anak-anak bodoh justru dibanggakan, yaitu mereka yang melek mata dan mendengar telinganya tapi tanpa berpikir. Hanya menerima tanpa bertanya, tanpa penasaran apa saja yang diajarkan.
Pertempuran pun semakin jelas. Antara dajjal yang 'meruhani', merasuk ke sel-sel terdalam manusia. Melawan cahaya Tuhan yang masih kerlap kerlip di generasi ini. Olehnya, keburukan terlihat sebagai kebaikan, api nampak seperti air, cahaya padahal kegelapan, merasa memperbaiki sedangkan menambah kerusakan. Apa tanda yang membedakan?
Para perusak akan berkata, "Innama nahnu muslihun¹," justru kami datang untuk memperbaiki. Pembelaan yang bertolak belakang dari apa yang mereka kerjakan. Lalu apa yang akan dikatakan mereka yang benar-benar memperbaiki?
"Wa jaahadu bi amwalihim wa anfushihim fii sabilillah²," mereka yang tak pernah mempedulikan harta dan jiwanya, karena telah sampai padanya pemahaman : manusia diciptakan di dunia untuk memperbaiki apa yang telah dirusak oleh manusia lainnya. Menegakkan ketimpangan, mencukupkan yang dikurangi, membagikan yang menumpuk, dan terus bersaksi bahwa tidak ada Tuhan apapun selain Allah.
¹Al-Baqarah ayat 11
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِى الْأَرْضِ قَالُوٓا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan".
²Al-Hujurat ayat 15
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجٰهَدُوا بِأَمْوٰلِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولٰٓئِكَ هُمُ الصّٰدِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.