Di suatu saat yang dulu kau pernah berada disana
Ketika setiap langkah kaki kau iringi dengan air mata yang tertahan
Dan sesak dalam jiwamu seakan Tuhan tutup mata
Membiarkanmu di tengah-tengah serbuan bencana
Lalu Dia turunkan seorang teman
bernama kesunyian
Kau awali tiap pagi dengan ratap penyesalan
Mengapa malam begitu cepat meninggalkan
Hari yang sama terus menerus berulang
Seperti orang-orang katakan tentang neraka yang membakar
Tiap kau hancur, kan diutuhkan kembali ke awal
Kemudian diremukkan lagi, lagi, dan tanpa henti
Akan kemanakah engkau berlari?
Bahkan sebelum kau mati
Langit dan bumi menolakmu menginjakan kaki
Dan mentari pun enggan memberimu setitik cahaya pagi
Masihkah kan tersimpan cahaya iman di dalam hati
Sedang setiap harimu adalah kelabu
Tuhan maha tinggi tak terjangkau akal
Dan kau sendirian memikul beban banyak orang
Sejauh apa lagikah energimu akan bertahan?
Ketika setiap langkah kaki kau iringi dengan air mata yang tertahan
Dan sesak dalam jiwamu seakan Tuhan tutup mata
Membiarkanmu di tengah-tengah serbuan bencana
Lalu Dia turunkan seorang teman
bernama kesunyian
Kau awali tiap pagi dengan ratap penyesalan
Mengapa malam begitu cepat meninggalkan
Hari yang sama terus menerus berulang
Seperti orang-orang katakan tentang neraka yang membakar
Tiap kau hancur, kan diutuhkan kembali ke awal
Kemudian diremukkan lagi, lagi, dan tanpa henti
Akan kemanakah engkau berlari?
Bahkan sebelum kau mati
Langit dan bumi menolakmu menginjakan kaki
Dan mentari pun enggan memberimu setitik cahaya pagi
Masihkah kan tersimpan cahaya iman di dalam hati
Sedang setiap harimu adalah kelabu
Tuhan maha tinggi tak terjangkau akal
Dan kau sendirian memikul beban banyak orang
Sejauh apa lagikah energimu akan bertahan?