Kepastian matematika berada di posisi setelah = (sama dengan). Sebelum sama dengan (=), itu adalah wilayah ketidakpastian matematika. Contoh :
7+7=14
Sama dengan (=) 14, adalah wilayah kepastian, sedangkan 7+7 adalah wilayah ketidakpastian dari 14. Karena, = 14 itu tidak harus dari 7+7, tapi dari angka berapapun yang ketika disamadengani (=) berjumlah 14.
.... + .... = 14
Itu bisa saja, 1+13, 8+6, dsb. Bahkan sampai tak terhingga.
Bahwa dalam ilmu pasti pun, terdapat hukum ketidakpastian. Dalam quran, mungkin ini yang disebut dengan 'berpasang-pasangan', kepastian yang berpasangan dengan ketidakpastian, termasuk dalam matematika.
Apa yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah,
Pertama, jika wilayah setelah sama dengan (=) adalah wilayah Tuhan, kepastian, privasi, kejelasan, qodo, maka wilayah sebelum sama dengan (=) adalah wilayah manusia, ketidakpastian, ikhtiar, sosial, dan qadar.
Kedua, dan ini adalah kesalahan manusia yang fatal, adalah merasa memiliki wilayah Tuhan, wilayah kepastian, entah atas nama ilmu pengetahuan ataupun hanya sebatas hasrat dalam diri sendiri.
Maka kegagalan memahami matematika tak pasti juga bodoh dalam hal makna. Maksudnya, seseorang mungkin tak pandai menghitung, tapi ia pandai matematika. Ia paham mana wilayah dirinya sendiri yang sebenarnya juga atas kehendak dan kekuatan dari Tuhan, dan mana wilayah kepastian yang sang jauh dari apa yang bisa dilakukannya. Karena wilayah manusia adalah wilayah ikhtiar, qadar, sejauh mana kita mampu berusaha, baik itu dengan doa, kerja, ataupun ilmu yang kita punya.
Dari ini seharusnya (setelah =), pasti, bahwa, misal, usaha kita untuk menjemput rizki, baik itu dalam hal harta ataupun wanita, dapat dipahami secara mudah. Dari ini seharusnya kita paham, bahwa usaha + usaha (yang entah apapun bentuknya selama itu halal dan baik) pasti = hasil yang telah ditentukan. Baik itu masalah rezeki (harta/kerja) ataupun jodoh. Dari ini seharusnya selesai, dangkalnya pemahaman kita yang menjadikan diri merasa kecewa, putus asa, ataupun gagal. Karena bisa jadi .... + 8 = 14 (atau angka berapun yang anda inginkan), usaha di titik-titik yang belum berangka itulah kita belum sampai, atau bahkan berlebihan. Seharusnya kita sudah punya pekerjaan, tapi tak bersyukur, akhirnya keluar, lalu merasa usaha kita gagal. Atau perempuan yang sebenarnya berjodoh dengan kita ada di dekat kita, tapi dengan berbagai alasan kita menolaknya. Yah, matematika memang sulit sih.