1 Desember 2014 pukul 21.08
Aku suka menjadi orang yg menepati kata-katanya._Riddick_
Malam senin lalu, Jon janjian dengan seorang teman lama di kedai susu sapi. Dia banyak tugas, tapi untuk teman-temannya, ia selalu punya waktu.
"Kirain gak datang?" kata temannya. "Besok gak banyak tugas?"
"Emm, yak, time is enough," katanya sambil cengengesan. "Udah pesan?"
"Belum. Gih pesen dulu,"
Jon janji mau traktir temannya itu sebagai ganti bayaran servis motor. Temannya sama gilanya dengan Jon, tak tertarik pada uang.
"Kakak lu kan udah merit, kenapa lu gak nyusul? Di rumah katanya sepi?" tanya teman Jon.
"Ah, ini nih, gua gak suka," Jon menyalakan rokoknya. "Pertanyaan yg sama buat lu. Situ kan anak pertama, mau lu dilompatin adik cewek lu? Atau sama gua aja dia?" Jon tertawa, alisnya terangkat, menggoda.
"Kampret lu. Dia udah punya cowok tauk," kata teman Jon. "Gua masih malu nih kalo mesti mengawali lagi,"
"Ahh.. Cemen banget. Kita udah bukan jamannya kali, datengin aja rumahnya, kalo malu, gua temenin," Jon belagu.
"Lah elu sendiri, gimana? Kenapa lu belum berani datengin cewek lu?"
"Cewek yg mana bray? Gila, satu aja gua belum punya,"
"Ahh.. Playboy cap kutu lu. Ngaku belum punya, ngerendah lu," kata teman Jon.
"Ajib, nih anak. Gua belum berani deketin cewek lagi coz gua punya nazar di sekolah itu,"
"Nazar apalagi? Kapan lu warasnya sih, sekali-kali pikirin kek hidup pribadi,"
Jon tertawa lagi. Diminumnya susu kambing rasa coklat kesukaannya.
"Gua punya nazar bakal merit kalo itu sekolah punya lokasi definitif, bray," kata Jon. "The man have to do what he have to do, hem?" senyumnya menyebalkan.
"Kalo semisal masih setahun lagi, setahun itu juga lu ngejomblo lagi?" tanya temannya.
"Yak lu jangan doain gitu dong, tega amat lu,"
"Yak kan misalnya, Jon, misalnya. Masa depan kan memungkinkan segala sesuatu terjadi?"
"Yak emang sih. Probably,"
"Btw, lu beneran belum punya cewek?"
"Ya ampun, lu gak percayaan banget sih? Lu cemburu? Kita jadian aja nih?" Jon terbahak.
"Kuny*k lu," mereka tertawa.
Aku suka menjadi orang yg menepati kata-katanya._Riddick_
Malam senin lalu, Jon janjian dengan seorang teman lama di kedai susu sapi. Dia banyak tugas, tapi untuk teman-temannya, ia selalu punya waktu.
"Kirain gak datang?" kata temannya. "Besok gak banyak tugas?"
"Emm, yak, time is enough," katanya sambil cengengesan. "Udah pesan?"
"Belum. Gih pesen dulu,"
Jon janji mau traktir temannya itu sebagai ganti bayaran servis motor. Temannya sama gilanya dengan Jon, tak tertarik pada uang.
"Kakak lu kan udah merit, kenapa lu gak nyusul? Di rumah katanya sepi?" tanya teman Jon.
"Ah, ini nih, gua gak suka," Jon menyalakan rokoknya. "Pertanyaan yg sama buat lu. Situ kan anak pertama, mau lu dilompatin adik cewek lu? Atau sama gua aja dia?" Jon tertawa, alisnya terangkat, menggoda.
"Kampret lu. Dia udah punya cowok tauk," kata teman Jon. "Gua masih malu nih kalo mesti mengawali lagi,"
"Ahh.. Cemen banget. Kita udah bukan jamannya kali, datengin aja rumahnya, kalo malu, gua temenin," Jon belagu.
"Lah elu sendiri, gimana? Kenapa lu belum berani datengin cewek lu?"
"Cewek yg mana bray? Gila, satu aja gua belum punya,"
"Ahh.. Playboy cap kutu lu. Ngaku belum punya, ngerendah lu," kata teman Jon.
"Ajib, nih anak. Gua belum berani deketin cewek lagi coz gua punya nazar di sekolah itu,"
"Nazar apalagi? Kapan lu warasnya sih, sekali-kali pikirin kek hidup pribadi,"
Jon tertawa lagi. Diminumnya susu kambing rasa coklat kesukaannya.
"Gua punya nazar bakal merit kalo itu sekolah punya lokasi definitif, bray," kata Jon. "The man have to do what he have to do, hem?" senyumnya menyebalkan.
"Kalo semisal masih setahun lagi, setahun itu juga lu ngejomblo lagi?" tanya temannya.
"Yak lu jangan doain gitu dong, tega amat lu,"
"Yak kan misalnya, Jon, misalnya. Masa depan kan memungkinkan segala sesuatu terjadi?"
"Yak emang sih. Probably,"
"Btw, lu beneran belum punya cewek?"
"Ya ampun, lu gak percayaan banget sih? Lu cemburu? Kita jadian aja nih?" Jon terbahak.
"Kuny*k lu," mereka tertawa.