3 Desember 2014 pukul 17.18
Knowledge is power. But, charachter is idealism. Its the dead-price.
Ibarat hewan, mungkin orang-orang yg berpikir di atas keumuman adalah seperti burung unta. Burung memiliki pundi-pundi udara, unta memiliki cadangan air. Seperti berlari, para perenung seakan tak kehabisan nafas, tak haus, tak kehabisan tenaga. Orang lain butuh istirahat saat memikirkan sesuatu yg mungkin terlalu berat. Sedang mereka, terus berlari. Tidak ada orang yg mampu mengejarnya, karena tiap peristirahatan, membuat jarak berpikir yg semakin jauh. Barangkali dilema seorang intelektual seperti itu. Di satu sisi ia harus terus mencari, berlari. Di sisi lain, ia tak boleh meninggalkan orang-orang di dekatnya.
Terkadang orang-orang yg berpikir di atas keumuman terlihat seperti orang 'cacat'. Banyak orang memperebutkan materi, mereka justru berusaha tak dikendalikan oleh materi/kebendaan. Banyak orang mencari cara cepat kaya, menggadaikan gelar, merendahkan harga diri/karakter, mereka sebaliknya, tak khawatir dengan semua itu.
Berkatalah seorang prajurit Sulaiman
Aku kan pindahkan singgasana ratu itu
Secepat baginda mengedipkan mata
Siapakah ia?
Seseorang yg diberikan ilmu dari kitab
Ketika orang lain membacanya
Kitab itu sebaliknya
Ia membacakan dirinya sendiri pada ia yg terpilih
Ditanyalah menantu nabi itu
Apa yg kan kau pilih
Harta ataukah ilmu
Ia menjawab : ilmu
Harta akan semakin berkurang
Memenjarakan kesadaran
Menuntut penjagaan
Menciptakan kesenjangan
Ilmu tersimpan rapi dalam diri
Ia yg banyak bicara
Tak pasti berilmu tinggi
Beratnya ilmu membuatmu rendah hati
Tapi barangkali ilmu saja tak pernah cukup
Seseorang harus memiliki jiwa
Sesuatu yg tak terbeli dengan harta
Sikap diri sejati yg bertahan lama
Berapa banyak manusia terpelajar
Yg mengemis meminta jabatan
Ilmu mereka miliki tanpa harga diri
Membiarkan kerusakan demi ketetapan kursi
Knowledge is power. But, charachter is idealism. Its the dead-price.
Ibarat hewan, mungkin orang-orang yg berpikir di atas keumuman adalah seperti burung unta. Burung memiliki pundi-pundi udara, unta memiliki cadangan air. Seperti berlari, para perenung seakan tak kehabisan nafas, tak haus, tak kehabisan tenaga. Orang lain butuh istirahat saat memikirkan sesuatu yg mungkin terlalu berat. Sedang mereka, terus berlari. Tidak ada orang yg mampu mengejarnya, karena tiap peristirahatan, membuat jarak berpikir yg semakin jauh. Barangkali dilema seorang intelektual seperti itu. Di satu sisi ia harus terus mencari, berlari. Di sisi lain, ia tak boleh meninggalkan orang-orang di dekatnya.
Terkadang orang-orang yg berpikir di atas keumuman terlihat seperti orang 'cacat'. Banyak orang memperebutkan materi, mereka justru berusaha tak dikendalikan oleh materi/kebendaan. Banyak orang mencari cara cepat kaya, menggadaikan gelar, merendahkan harga diri/karakter, mereka sebaliknya, tak khawatir dengan semua itu.
Berkatalah seorang prajurit Sulaiman
Aku kan pindahkan singgasana ratu itu
Secepat baginda mengedipkan mata
Siapakah ia?
Seseorang yg diberikan ilmu dari kitab
Ketika orang lain membacanya
Kitab itu sebaliknya
Ia membacakan dirinya sendiri pada ia yg terpilih
Ditanyalah menantu nabi itu
Apa yg kan kau pilih
Harta ataukah ilmu
Ia menjawab : ilmu
Harta akan semakin berkurang
Memenjarakan kesadaran
Menuntut penjagaan
Menciptakan kesenjangan
Ilmu tersimpan rapi dalam diri
Ia yg banyak bicara
Tak pasti berilmu tinggi
Beratnya ilmu membuatmu rendah hati
Tapi barangkali ilmu saja tak pernah cukup
Seseorang harus memiliki jiwa
Sesuatu yg tak terbeli dengan harta
Sikap diri sejati yg bertahan lama
Berapa banyak manusia terpelajar
Yg mengemis meminta jabatan
Ilmu mereka miliki tanpa harga diri
Membiarkan kerusakan demi ketetapan kursi