Orang yang merasakan kejatuhan pasti karena ia sedang mendaki, memanjat. Atau setidaknya, ia sedang berlari, atau bahkan berjalan. Nyaris tak ada orang yang jatuh saat berdiri, kecuali ia pingsan atau mati. Berdiri saja jatuh, apalagi mendaki. Berbeda dengan banyak orang yang mengeluh, merasa putus asa karena kejatuhan, kegagalan. Mereka jelas adalah orang-orang kuat, para pemberani. Saya, jelas orang yang pengecut, karena jangankan mendaki, berdiri saja sangat mungkin akan mudah untuk dijatuhkan. Saking lemah dan ringkihnya saya. Mereka, orang-orang yang merasa jatuh setidaknya telah membuktikan bahwa mereka adalah para pemberani, para petualang, para penantang. Dengan dalih 'Maqamul Arba'ah' : Menjaga jarak dari keinginan benda-benda, menjaga jarak dari kenginan, menjaga jarak dari rasa ingin, dan kendali desakan-desakan dalam diri, saya menjadi orang paling pengecut. Dan ketika seorang teman bertanya :
"Lebih baik mana, orang yang berkali-kali jatuh tapi ia selalu kembali bangkit." kata sahabat sesama pendidik dahulu kala. "Atau mereka yang tetap berjalan, mendaki, tapi dari awal tak berharap apa-apa bahkan pada Tuhan?"
Ia sudah tahu jawabannya. Demikianpun saya. Kita, tak selalu membutuhkan obat yang sama untuk penyakit yang sama pula.
Senin, 25 Mei 2020
"Lebih baik mana, orang yang berkali-kali jatuh tapi ia selalu kembali bangkit." kata sahabat sesama pendidik dahulu kala. "Atau mereka yang tetap berjalan, mendaki, tapi dari awal tak berharap apa-apa bahkan pada Tuhan?"
Ia sudah tahu jawabannya. Demikianpun saya. Kita, tak selalu membutuhkan obat yang sama untuk penyakit yang sama pula.
Senin, 25 Mei 2020