Inna robbaka huwa a'lamu bi man dlola 'an sabilih, wa huwa a'lamu bil muhtadin.
"Kekuatan itu bukan ketika engkau mendapatkannya, melainkan ketika engkau mengendalikannya, tanpa sedikitpun kau terikat padanya," bisik 'setan' saat si Jon menghafal surat al mulk.
Entah akan sampai kapan Tuhannya menunda untuk mengubah nasibnya, yang karena sangat kasihan pada ibu bapaknya, ia mengalah habis-habisan pada saudaranya. Tapi ibarat air, ia terus mengalir. Tajriy min tahtihal anhar, di dalam jiwanya tidak ada yang mampet, menggenang, bertahan lama-lama. Kebaikan ia segera kembalikan pada Tuhan - karena memang itu atas fadlol-nya Allah, dan keburukan sifat ia buru-buru membersihkannya. Manusia tak bisa terbebas dari keburukan dunia, ia hanya bisa tak terikat olehnya.
Berbeda dengan saudaranya yang merasa benar-benar kebenaran Tuhan sudah berada di tangannya, lalu ia tak merasa, fahal 'asaytum intawalaytum antufsidu fil ardli wa tuqothi'u arhamakum. Menganggap semua apa saja di keluarga itu berada di bawah kendalinya. Ayyahsabu alayyaqdiru alaihi ahad? Ayyahsabu alam yarohuu ahad?
Maka, fasatubshiru wa yubshiru. Biarlah Tuhan yang melanjutkan skenario ini. Mau jadi apa si Jon itu kelak. Mati tak berbekas, atau ada tujuan besar yang menjadikannya 'dibakar dalam neraka' selama kurang lebih 10 tahun ini. Tapi...dasar gila. Di neraka pun dia bernyayi.
Jika a = 1, b = 1, c = 1, maka D dan seterusnya juga akan satu. (Hukum Euclides)
"Kau tak pernah meminta jabatan dunia, lalu aku beri. Betul, kau tak menginginkan itu, tapi Aku ingin," kata Tuhan pada Jon. Lebih mungkin itu adalah setan yang membisiki dari dalam jiwanya. "Kau 'iskal' (merasa mustahil) tentang jodoh, tentang pernikahan karena kau miskin sekali, lalu Aku memberimu istri. Dan tubuhmu? Kau sama sekali tak memenuhi syarat untuk bisa membuahi ovum, tapi Aku beri kau momongan,"
Si Jon istighfar. "Ya Allah. Seperkasa itu, Engkau membiarkanku dalam kondisi ini," Jon mendesah. "Tapi aku tak mau berada dalam golongan hadits qudsi-Mu,"
Man lam tardlo bi qodlo-i, wa lam yashbir ala bala-i, wa lam yasykur ala ni'ma-i, fal yakhruj tahtis sama-i, fal yatakhidz robban siwa-i.
Na-udzubillah.
"Kekuatan itu bukan ketika engkau mendapatkannya, melainkan ketika engkau mengendalikannya, tanpa sedikitpun kau terikat padanya," bisik 'setan' saat si Jon menghafal surat al mulk.
Entah akan sampai kapan Tuhannya menunda untuk mengubah nasibnya, yang karena sangat kasihan pada ibu bapaknya, ia mengalah habis-habisan pada saudaranya. Tapi ibarat air, ia terus mengalir. Tajriy min tahtihal anhar, di dalam jiwanya tidak ada yang mampet, menggenang, bertahan lama-lama. Kebaikan ia segera kembalikan pada Tuhan - karena memang itu atas fadlol-nya Allah, dan keburukan sifat ia buru-buru membersihkannya. Manusia tak bisa terbebas dari keburukan dunia, ia hanya bisa tak terikat olehnya.
Berbeda dengan saudaranya yang merasa benar-benar kebenaran Tuhan sudah berada di tangannya, lalu ia tak merasa, fahal 'asaytum intawalaytum antufsidu fil ardli wa tuqothi'u arhamakum. Menganggap semua apa saja di keluarga itu berada di bawah kendalinya. Ayyahsabu alayyaqdiru alaihi ahad? Ayyahsabu alam yarohuu ahad?
Maka, fasatubshiru wa yubshiru. Biarlah Tuhan yang melanjutkan skenario ini. Mau jadi apa si Jon itu kelak. Mati tak berbekas, atau ada tujuan besar yang menjadikannya 'dibakar dalam neraka' selama kurang lebih 10 tahun ini. Tapi...dasar gila. Di neraka pun dia bernyayi.
Jika a = 1, b = 1, c = 1, maka D dan seterusnya juga akan satu. (Hukum Euclides)
"Kau tak pernah meminta jabatan dunia, lalu aku beri. Betul, kau tak menginginkan itu, tapi Aku ingin," kata Tuhan pada Jon. Lebih mungkin itu adalah setan yang membisiki dari dalam jiwanya. "Kau 'iskal' (merasa mustahil) tentang jodoh, tentang pernikahan karena kau miskin sekali, lalu Aku memberimu istri. Dan tubuhmu? Kau sama sekali tak memenuhi syarat untuk bisa membuahi ovum, tapi Aku beri kau momongan,"
Si Jon istighfar. "Ya Allah. Seperkasa itu, Engkau membiarkanku dalam kondisi ini," Jon mendesah. "Tapi aku tak mau berada dalam golongan hadits qudsi-Mu,"
Man lam tardlo bi qodlo-i, wa lam yashbir ala bala-i, wa lam yasykur ala ni'ma-i, fal yakhruj tahtis sama-i, fal yatakhidz robban siwa-i.
Na-udzubillah.