"Kebaikan adalah segala sesuatu yang membuatmu semakin dekat dengan Allah tanpa melampaui batas dari apa yang rasulullah ajarkan," _Gurunya si Jon_
Sekitar 3 bulan ini tokoh kita, si Jon, membuka layanan konseling multidisipliner. Konseling medis, psikis, dan magis. Sebelum ia menyakinkan diri untuk membuat layanan itu, ia bertanya pada sahabatnya, seorang sarjana psikologi.
"La, Lu tahu gak syarat jadi psikiater?" Tanya Jon pada sahabatnya, Ella.
"Ya tahu lah, gue kan gini-gini psikolog," jawabnya.
"Apa aja syarat utamanya?" Tanya Jon lagi lewat pesan media sosial.
"Lu mesti kuliah S1 jurusan kedokteran, terus lanjut S2 psikologi, ambil psikologi klinis,"
"Lah, gue kan udah S1. Mesti kuliah S1 kedokteran juga?" Tanya Jon.
"Iya lah," jawab Ella.
"Hadeh, repot,"
"Emang kenapa sih lu tanya gitu?" Tanya Ella.
"Gue mau buka layanan konseling multidisipliner. Medis, psikis, magis," jawab Jon.
"Jon, lu kapan sehatnya sih?" Balas Ella sambil tertawa ngakak. Si Jon memang di luar nalar.
Tiap Kamis sore, Jon mendatangi rumah salah satu kliennya. Keluarga dengan satu anak (dari 3 anak) yang divonis gila oleh masyarakatnya. Usianya 25 tahun, kognitifnya jalan, bisa main game online, nonton youtube pengajian, bisa merebus mie instan, tapi tak pernah mandi (dari pengamatan Jon sejak awal, sekitar 1 bulan), tak pernah ganti baju, makan dan minuman yang tak disukainya akan dia taburkan di kasur dan ditidurinya, sampai kasur dan kamarnya bau bacin.
Di negara-negara maju, konseling seperti ini berbayar mahal. Salah satu teman Jon di salah satu kota besar di Jawa Barat saja, sekali konseling di atas 1 juta. Dan klien yang datang ke tempat konsultasi. Tapi si Jon, sudah dia yang datang, tak mau dibayar, pula. Karena semua kliennya dari keluarga yang kurang mampu. Dan setiap panggilan permintaan tolong, ia anggap sebagai perintah langit.
"Wahai hamba-Ku, Aku kelaparan, mengapa kau tak memberi-Ku makan? Aku kesepian, mengapa kau tak menemani-Ku. Aku sakit, mengapa kau tak menjenguk-Ku?" (Al hadits)
Di perjalanan menuju tempat itu, Jon berdialog dengan dirinya sendiri. Tentang kebaikan dan keburukan.
"Sebenarnya, apa yang benar-benar baik dalam hidup ini?"
"Mengapa ada keburukan? Apakah setiap keburukan tak memiliki sisi baik? Adakah sesuatu yang benar-benar mutlak (baik atau buruk) selain Tuhan?"
"Kebaikan adalah segala sesuatu yang membuatmu semakin dekat dengan Allah tanpa melampaui batas dari apa yang rasulullah ajarkan," tiba-tiba ia mendapatkan penjelasan itu.
"Ma dza anzala robbukum? Qola khoiro," apa yang diturunkan Tuhan kepada kalian, wahai manusia? Jawablah : kebaikan.
Dan, jika tak ada satu hal pun di dunia ini yang benar-benar buruk, bagaimana mungkin itu tak berlaku juga pada manusia? Bagaimana mungkin, manusia itu mutlak buruk (atau sebaliknya, mutlak baik), sedangkan yang mutlak hanyalah Tuhan? Bagaimana mungkin, sisi baik dari manusia, yang mungkin itu bersembunyi, mengendap, tak dapat dimunculkan lagi di sisi keburukan-keburukan yang ia miliki?
Tegal, 1 April 2021 (masjid GBN slawi) jam 23.56