Ramadan (4)
"Pemahaman tentang terkabul atau tidaknya sebuah doa oleh Tuhan, adalah pemahaman berbahaya. Karena itu mengandaikan Tuhan bisa berubah, antara mengabulkan dan tidak. Maka ayatnya : ud'uni astajib lakum. Berdoalah kepada-Ku, pasti Ku kabulkan. Dia akan mengabulkan setiap doa, tapi tidak setiap keinginanmu. Karena Dia lebih sayang pada diri kita bahkan dari diri kita sendiri. Dia tahu yang terbaik"
Ada perasaan sedih yang disusupi perasaan aneh, tiap diceritakan kisah adik kelas beda jurusan saat kuliah, yang saat ini jadi bartender. Dia perempuan, jurusan tarbiyah islamiyah, tubuhnya bertato, dan melarikan diri ke 'hidup bebas' dari beratnya masa lalu yang ia lewati. Aku sendiri membuka konseling tiga dimensi : medis, psikis, magis. Tapi entah mampu menemaninya atau tidak dalam kondisi yang seperti itu. Tiap orang memiliki masa lalu kelam, dan kekuatannya terukur kemana ia melampiaskan kekesalannya itu. Dan memang bukan kewajiban kita menghilangkan kesengsaraan di dunia ini. Kita hanya diberikan tugas menemani mereka, mengobati, menuntun, selama mereka mau.
Ada hadis nabi yang mengatakan betapa Allah merasa takjub pada anak-anak muda yang terjaga nafsunya. Bagaimana tidak takjub, di zaman seperti ini, hidup bertemu sesama orang putus asa di diskotik, bar, cafe-cafe karaoke, yang hanya untuk bahagia mereka harus bermaksiat, berpura-pura bahagia dengan rasa sakit dalam jiwa yang bertambah-tambah. Jika ia terjaga nafsunya, ia akan menjadi salah satu pemuda yang di kiamat nanti mendapatkan naungan, 'ruang VIP', di sisi golongan orang yang saling mencintai karena Allah. Tapi, ah, aku juga mungkin tak akan kuat hidup di dekat gadis-gadis cantik dan menggoda setiap malam.
Salah satu jalan setan untuk menggoda manusia adalah melalui keraguan dari kemutlakan Tuhan. Bahwa Allah maha memberi, maha kaya, maha kasih sayang, seringkali oleh setan dibelokan. Pikiran kita seakan setuju, saat kita sial, gagal, terpuruk, Allah sedang tidak sayang. Sebaliknya, jika hidup terasa mudah, kesuksesan berdatangan, dicintai banyak orang, kita menganggap Allah sedang memberi kebaikannya. Pemahaman seperti ini berbahaya, bahwa Allah terkadang baik, terkadang kurang baik. Terkadang mengabulkan doa, terkadang tidak mengabulkan doa. Selain kemutlakan Allah, kita juga harus pahami, bahwa apa yang kita anggap sebagai kesialan, kegagalan, dikhianati kekasih, diselingkuhi istri/suami, itu semua adalah dua cara untuk mensucikan diri kita. Dua cara itu adalah : jika bukan sebagai balasan dari dosa-dosa masa lalu (karena itu harus dibersihkan), pasti untuk mengangkat derajat (setidaknya kita semakin bijak) di masa depan, atau keduanya sekaligus. Tiada dosa yang lebih menyakitkan selain keputusasaan kepada Tuhan.
Di hadis lain, rasulullah bilang : Allah tertawa melihat hamba-Nya yang bersedih berlarut-larut, karena ia tak sadar kemudahan sebentar lagi datang. Seperti di tulisan sebelumnya, orang-orang miskin (mungkin termasuk aku) terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk berdoa, sedang sebenarnya, seharusnya, ia harus banyak-banyak bergerak. Ketidaktepatan sikap juga sangat berpengaruh pada takdir kita di masa depan. Di hadis itu, Allah tertawa. Kok manusia selemah itu? Bukankah dengan iman di dalam dadanya ia mampu menggeser gunung? Setidaknya itu menurut injil. Dengan iman, Ibrahim tak hangus terbakar. Dengan iman, pisau tak mampu menebas leher Ismail. Dengan iman, kayu tonglat Musa dapat membelah lautan. Dan dengan iman pula Yusuf mampu menolak ajakan Zulaikha, meski keduanya sama-sama bernafsu. Dan yang terakhir inilah yang paling berat. Menolak uang, jabatan, harta benda, mungkin tak seberat menolak perempuan yang telah 'menyerahkan' tubuhnya pada kita.
Fyuh, aku berdoa tidak dihadapkan dengan ujian seperti itu lagi.
Jumat, 17 April 2021, Kota Bandung