Ramadhan (8)
"Kenali keinginan kita, agar kita dapat mengendalikannya. Tiga jenis keinginan : hawa, nafsu, dan syahwat. Semua itu beda kordinat dan fungsi"
Hawa hanya ekses, efek, setelah kita terus menerus menuruti syahwat. Nah, syahwat ini adalah perasaan indah, enak, 'rasa-rasanya' menyenangkan, saat melihat atau mendengar keindahan dunia. Hawa akan cenderung terkendali, jika kita mampu menolak syahwat, memandang yang indah-indah di sekitar kita, termasuk wanita. Zuyyina li nassi hubusysyahwat (ali imron). Tapi, ini akan jadi keanehan, karena nantinya kita malah jadi asosial, seakan anti pergaulan, dan semacamnya. Jalan tengahnya adalah tak mengapa jika tidak bisa menghindarkan itu, tapi jaga hawa-mu, jangan sampai muncul desakan-desakan untuk meraih syahwat itu. Karena, kelanjutan dari syahwat yang didorong hawa, akan jatuh pad nafsu yang buruk. Apa itu nafsu yang buruk?
Adalah keinginan-keinginan yang salah tempat. Keinginan yang ditempatkan pada tempatnya, disebut kebutuhan. Misal, hubungan suami-istri, itu nafsu, keinginan, tapi karena ditempatkan pada tempat yang halal, maka itu adalah kebutuhan, dan itu baik. Tapi jika dilampiaskan pada bukan tempatnya, maka itu adalah nafsu yang buruk. Seperti yang mengincar Nabi Yusuf dulu saat digoda Zulaikha. Inna nafsaka la amarotu bi su-i, sesungguhnya nafsu (hasil proses dari syahwat dan desakan hawa) selalu mengajak kepada keburukan. Illa ma rohima robbi, kecuali (nafsu) yang dirahmati Allah. Apa itu nafsu yang dirahmati Allah? Adalah nafsu-nafsu yang ditempatkan tepat pada tempatnya.
Manusia yang lolos godaan setan dari arah depan, akan mendapatkan cahaya-cahaya ilmu dari Allah. Cahaya ini dalam dua bentuk, ilmu burhani dan kasyafi. Ilmu burhani adalah penjelasan-penjelasan argumentatif, baik itu empiris ataupun rasional. Penjelasan yang entah datang darimana, tapi ketika diuji dengan kitab-kitab, dengan ilmu-ilmu ulama, itu sesuai petunjuk. Sedangkan ilmu kasyafi, adalah penyingkapan-penyingkapan kegaiban. Jika ilmu burhani mudah dijelaskan pada orang-orang, maka ilmu kasyafi lebih subjektif, hanya bisa diceritakan pada orang yang sama-sama telah mengalaminya, atau maqomnya (katakanlah begitu) lebih tinggi dari kita. Tentu saja kita harus hati-hati, karena nantinya, ilmu kasyafi ini menjadi jalan setan dari arah kanan, dan ilmu burhani menjadi jalan setan dari arah kiri, jika kita tak istiqomah berada di jalannya.
Lanjut besok ya ...
Tegal, 20 April 2021