"Kesedihan yang tanpa upaya jalan keluar adalah kebodohan. Membiarkan diri berlama-lama dalam kesedihan sama dengan memberikan jalan pada diri untuk lebih lama dalam kegagalan hidup"_Jon Q_
Salah satu cara setan menghancurkan hidup seseorang adalah dengan menjebak kita dalam ketergenangan persoalan hidup. Kita menjadi blunder, merasa tak punya jalan, dan jika tak berjalan keluar dari jebakan itu, dengan sendirinya kita akan menyerah. Kondisi 'menggenang' ini adalah hal/kondisi yang berlawanan dengan ayat 'fa Idza faroghta fanshob', jika kau selesai satu gerakan, teruskan ke tindakan selanjutnya. Ini adalah gerak semesta, gerak-diam, jalan-jeda, yang akan menjadikan hidup kita seimbang. Energi yang akan digunakan, sama dengan energi yang kita kumpulkan saat jeda sejenak. Hidup jadi seimbang.
Terkadang agak malu juga pada Tuhan tentang rasa sehat yang Dia berikan. Saat banyak orang khawatir sakit, karantina mandiri, kehilangan penciuman dan sebagainya, dari awal tahun 2020 aku diberinya rezeki lewat jalanan. Pergi ke barat atau timur, Alhamdulillah, tanpa gejala sakit yang mengharuskan aku istirahat penuh. Wallahu a'lam, kalau ternyata OTG, orang tanpa gejala, tapi Alhamdulillah keluarga juga tidak ada yang kena. Tentu saja aku merasa malu, dengan tubuh ringkih begini, jadwal padat dan waktu habis di jalanan (perjalanan), tapi masih sempat ngopi dan bersantai dengan teman atau anak istri. Tidak ada rasa senang dalam hati ini, bukan lebay atau sok-sok-an. Tapi kewaspadaan hidup itu harus tetap kita jaga. Bahwa seperti apapun santainya hidup kita, di luar sana banyak orang yang bergelut dengan dunia hanya untuk mendapat rejeki receh. Dan waktu santai kita seakan menjadi haram, jika kita tak sadar itu. Sama seperti kepedihan hidup, sebanyak apapun persoalan yang kita hadapi, seberat apapun itu, percayalah di luar sana banyak sekali yang lebih pedih hidupnya daripada kita. Harus percaya, bahwa ujian hidup datang untuk 2 hal, jika bukan untuk menghapus dosa masa silam, pasti untuk mengangkat derajat manusia di masa depan, atau keduanya sekaligus. Maka orang beriman seharusnya bersyukur, karena lewat nabi, kita diajarkan tentang hidup yang memanjang sampai ke akhirat. Dimensi/wilayah semesta yang sangat amat luas di bandingan dengan semesta materi ini. Bahwa kepedihan seberat apapun, itu akan hilang bahkan hanya dengan sehari berada disana. Akan lenyap bahkan hanya dengan meminum seteguk air surga. Bagaimana tidak, hidup manusia di dunia hanya berkisar antara 60-70 tahun. Sama sekali tak sebanding bahkan dengan semesta alam barzakh, yang sehari disana sama dengan 1000 tahun di semesta materi ini. Berada dalam nikmat kubur/barzakh 1 jam saja, pasti sudah cukup untuk melupakan derita seperih apapun saat di dunia dulu.
Terakhir, malam ke delapan ini akan aku beri pembaca cara agar bisa berkomunikasi dengan para ruh di semesta lain, berjumpa dengan Rasulullah, atau bahkan Allah. Bagaimana caranya?
Doa.
Karena, kita meremehkan doa, sedang doa-doa kita pada mereka, itu menjelma menjadi diri kita yang menyapa. Maka bukalah mata hati (fu'ad) kita. Tiap doa, sholawat, dan dzikir, kita berjumpa mereka kapanpun kita mau.
Kok aku gak bisa melihat mereka?
Bagaimana mungkin matamu yang materil itu mampu menyaksikan wujud zat yang bahkan jin paling hebat pun tak mampu mencapainya? Bagaimana mungkin, wujud zat materi yang berada dalam struktur terbawah mampu naik ke tingkat lebih tinggi dengan tetap menjadi materi? Hujan tak akan turun, jika air tak dikonversi lebih dulu menjadi sesuatu yang lebih lembut. Apa itu? Uap air. Dan jangan mengira naiknya uap itu karena usahanya sendiri. La Hawla Wa La Quwata Illa Billah.
Selasa malam, rumah kakak, 7 September 2021