Nasib buruk adalah sudut pandang yang salah dari memaknai takdir_Jon Q_
Ibunya si Jon pernah menasehati kakaknya, tentang si Jon yang sangat sabar. Berbanding terbalik dengan kakaknya yang mudah marah dan reaksioner. Berkah hidup si Jon, Tuhan menganugerahi seorang anak laki-laki yang sabar seperti dirinya. Suatu saat dia dinakali teman mainnya. Neneknya menghasut agar melawan, membalas, kalau diperlakukan seperti itu lagi. Tapi jawab si Jon kecil :
"Jangan eyang, kasihan. Udah maafin aja ya..."
Persis si Jon yang membingungkan saat selalu mengalah. Entah tak mau membalas orang yang lebih lemah, atau dia memang pecundang yang penakut. Ia hanya seorang hamba yang selalu belajar, bahwa orang terkuat bukan mereka yang selalu menang dalam bertarung. Tapi mereka yang mampu mengelola emosinya menjadi kekuatan yang positif.
Screenshot gambar di atas adalah potongan chatting si Jon dengan istrinya. Jika bicara adat di kampungnya, perempuan yang bertanya seperti itu pada suaminya pasti langsung dimarahi. Tapi begitulah si Jon. Dia hanya bisa berdoa, semoga Tuhan memberikan kelembutan pada hati istrinya. Seperti kelembutan yang diberikan-Nya pada si Jon kecil. Dalam tekadnya, seperti apapun kemarahan istrinya tak mungkin ia membalasnya sama dengan emosi. Katanya dalam hati :
"Ayo kita 'keras-kerasan'. Siapa yang lebih 'keras', kesabaranku atau ego-mu?"
Di dua tahun pernikahannya, ia pernah mempersilakan istrinya jika memang akan meminta khulu' (dilepaskan). Karena memang kondisinya seperti itu. Dia berada di tengah-tengah takdir yang sangat rumit untuk ukuran manusia jelata sepertinya. Bukan dzuriyah (keluarga) ulama, bangsawan, apalagi keturunan nabi. Tapi ia mencoba untuk menjaga keseimbangan keluarga dan masyarakatnya. Sudah bukan menjadi bahan pemikirannya lagi mengapa ia ditakdir begitu. Orang lain yang memancing musuh, si Jon yang harus menghadapinya. Orang lain yang buat masalah ruwet, dia yang harus merapikannya. Entah mengapa.
Konon, si Jon pernah diajak naik ke langit untuk melihat catatan takdir semua manusia. Ia menyebutnya serabut takdir. Rumit sekali. Sampai-sampai ia tak mau jika diajak jalan-jalan kesana lagi. Karena, cukup Tuhan saja yang mengatur dan memiliki ilmu tentang itu. Hidupnya sudah ruwet, tak mau ditambah kerumitan-kerumitan lainnya.