Ini tentang prioritas cinta. Jika yang terjadi adalah kehendak-Nya, maka mengapa kau tak rela? Semesta ini akan tetap berjalan tanpamu, manusia._Jon Q_
Pagi selepas subuh, Jon sudah ke tempat kerjanya. Dua lemari untuk sekat kelas sudah sampai. Biaya sebesar 2,4 juta harus keluar di saat keuangan sekolah sedang melarat-melaratnya. Tapi yang dia ingat tetap Tuhannya. Nama Al Jabar, terngiang dalam kesadarannya.
Dulu, sekitar 6 tahun lalu, dia pernah diceritakan oleh temannya yang punya 'mata batin'. Tentang seorang teman yang kerasukan jin yang mengaku Syaikh Abdul Karim Al Jabar. Bicaranya fasih, bisa bahasa Arab, dan jelas bukan 'hawa-nya'. Sedangkan anak itu sehari-hari adalah pengangguran yang menjalani tirakat aneh. Si Jon ketawa-ketiwi saat mendengar cerita itu. Karena nama Abdul Karim Al Jabar yang Jon tahu, ia adalah pebasket dunia dengan tinggi badan 3 meter. Bukan seorang ulama. Dan lebih lucu lagi, ternyata anak itu kerasukan karena senang mewiridkan dzikir Al Jabar (Asmaul Husna). Ketika ditanya ustadz yang mau mengobati, mengapa kamu masuk ke tubuh itu, jin-nya menjawab : karena namaku selalu dia sebut.
Tuhan memang punya sifat Al Jabar, maha Pemaksa. Seperti pagi itu, lemari sekat datang saat siswa justru sedang belajar di rumah masing-masing. Kota si Jon memasuki PPKM level 4, tidak ada aktivitas pembelajaran di sekolah lagi. Tidak langsung bermanfaat, kondisi keuangan sedang sekarat, saat mau pulang, bensin motor si Jon habis, dan dia sudah lama tak punya uang. Ha-ha, rasakan azab yang keras itu!
Sekitar 10 tahun dia sudah menjadi kepala madrasah. Dan selama itu pula sangat nampak betapa nama-nama Tuhannya (selain Al Jabar juga) lainnya sangat terasa. Selama 10 tahun ia dipaksa untuk tunduk pada Tuhannya. Entah ada apa di diri si Jon. Cinta memang berat, karena ia berjodoh dengan kerelaan. Jon tidak merasa dirinya layak dicintai Tuhan. Tapi salah satu tanda paling nampak ketika Tuhan mencintai seorang hamba adalah : ia dipaksa untuk melakukan perjuangan yang nafsunya hancur lebur selama melakukan itu. Tidak ada sandaran, pijakan, tempat bergantung bagi jiwanya lagi. Semuanya runtuh, dan yang nampak hanyalah Dia : Allah.