Esai ramadlan 3
"Hati yang terus menerus terinjak-injak, mungkin ia tak hancur. Tapi ia remuk berubah bentuk. Dengan apa kau akan mengobati itu?"
Jauh sebelum si Jon melibatkan diri dalam konseling jalanan, ia ditanya oleh gurunya. "Hati manusia yang terus menerus terinjak-injak, mungkin ia kuat, ia tidak hancur. Tapi ia remuk berubah bentuk. Dengan apa kau akan mengobati itu?"
Tentu saja ia tak bisa menjawab. Banyak pertanyaan yang ia terima dari orang lain, tentang pelayanan sosial yang ia lakukan, yang tak bisa dijawab dengan mudah. Bagaimana menjalankan dengan bahasa sederhana, tentang penyembuhan jiwa yang jelas-jelas si Jon tak memiliki ilmunya? Jika bukan dukun, maka Jon seorang penipu. Menganggap mampu menangani orang-orang gangguan jiwa, menemani mereka, layaknya tugas nabi, takhruju min dzulumati ilaa Nuur. Mengeluarkan mereka dari penyakit-penyakit jiwanya, menuju jalan hidup yang lebih terang.
Urusan hati memang bukan wilayah manusia. Indera dan pikiran akan kacau, jika mulai terlibat dalam apa yang hati rasakan. Ibarat hati adalah raja, pikiran dan indera hanya layak menjadi perdana menteri dan pelayan saja. Tidak boleh perdana menteri atau bahkan pelayan itu berdiam diri di kamar raja. Mereka memiliki wilayah masing-masing, meski terkadang tidak selalu raja-lah yang paling tahu tentang sebuah persoalan. Setiap hal di dunia ini memiliki ilmu masing-masing. Termasuk mereka yang terkena gangguan jiwa. Pasti ada sesuatu yang tersembunyi yang tak dilihat orang terdekat, yang menjadikan hatinya remuk berubah. Seringkali, akan fatal jadinya, jika seorang bermental tukang, pelayan, menjadi seorang raja. Bukan identitas, tapi kapasitas mental. Idza wuzida Al Amru Illa ghoirihi ilm, fantadziri assa'ah. Ketika sebuah persoalan diberikan pada mereka yang tak ahli, maka bersiaplah pada kehancurannya. Seperti manusia, jika hatinya sudah dikuasai nafsu, syahwat, hawa, maka itu menjadi penyakit yang paling kronis.
Amalan paling berat menjadi hamba Allah dan ummat Rasulullah adalah, kita memutuskan untuk melayani umat Rasulullah, ngempet / puasa keinginan materi, sabar menjalani, dan tak boleh mengambil keputusan tanpa melibatkan-Nya. Ini sangat berat, karena seseorang yang belum selesai dengan akal pikirannya, ia akan kesulitan mana hidayah dan mana bisikan halus hawa nafsunya sendiri. Amalan paling berat ini akan berlanjut ke akhirat, ketika orang-orang yang kehilangan akal sehatnya, tapi tak bisa disebut sebagai orang gila saat di dunia, watak itu terbawa kesana. Di akhirat, orang-orang seperti si Jon itu, tidak banyak memang, bertugas menemani mereka yang tak sadar sedang berjalan ke penghancuran. Dan pertanyaan dari sang guru di atas itu, akan terjawab dengan sendirinya.
"Bagaimana aku akan diam saja, jika nabi kita menyuruh kita untuk menyelamatkan umatnya, tapi kita justru asyik dengan hidup personal kita. Yakin kita tak termasuk orang-orang gila itu?"
Selasa, 5 April 2022