Esai Ramadan 1, 3 April 2022
"Tidak ada musibah, hari sial, ujian hidup, atau penderitaan apapun yang itu bukanlah cara Tuhan mengangkat derajat manusia, atau mensucikan dosa-dosanya."_Jon Q_
Adzan, arti pendeknya adalah panggilan. Tapi sebenarnya Tuhan memanggil kita tak pernah henti. Tiap saat, tiap detik, bukan hanya ketika adzan sholat 5 waktu saja. Tetapi juga pada fenomena apapun. Musibah, ujian hidup, kekecewaan hati, semua itu juga panggilan-Nya. Dan puasa, itu sebenarnya adalah panggilan-Nya yang lebih jelas daripada rutinitas sholat. Tapi, lagi-lagi, kita santai-santai saja. Atau bahkan fokus meningkatkan penghasilan, tanpa dibarengi dengan kualitas kedekatan kita pada-Nya. Apa tanda seseorang yang dekat dengan-Nya? Munculnya cinta dan kasih sayang ke sesama, mementingkan panggilan-Nya, menomorduakan nafsunya. Seperti firman-Nya dalam taurot :
Wahai manusia, Aku menciptakan dunia ini untukmu, dan engkau untuk-Ku. Maka demi engkau dan Diri-Ku kasihilah makhluk-Ku.
Menomorduakan nafsu, karena ia cenderung memerintah kepada keburukan. Inna nafsaka la amarotu bi su-i. Coba kita sejenak menengok ke belakang, saat kita miskin, biasanya kita rela semua harta kita serahkan untuk perjuangan. Padahal semua itu sama dengan 100%. Tapi jika kita kaya, menyerahkan 100% harta kita untuk perjuangan, ini pasti berat. Nah, inilah prioritas cinta. Ternyata cinta lebih mudah totalitas ketika kita tak merasa memiliki apa-apa. Ibarat seorang kekasih, bagaimana rasanya ia memanggil kekasihnya yang tak kenal henti, namun berkali-kali itu juga kita mengacuhkannya. Dan ketika kita mati, lantas kita merengek, mengemis pertolongan Tuhan agar kita tak disiksa.
Semua siksaan, derita saat hidup ini sebenarnya adalah cara Tuhan memaksa kita untuk naik tangga lebih tinggi. Tangga derajat, tangga ilmu, kesabaran, kedekatan pada Tuhan. Umar ibn Khotob pernah menjelaskan pada para sahabat tentang takdir. "Aku tak tahu mana yang terbaik untukku." Takdir baik itu melalaikan kesadaran, takdir buruk akan membersihkan dosa dan menaikan derajat (Maqom). Wa asaa antakrohu syai-a wa huwa khoiru lakum, wa asaa antuhibu syai-a wa huwa syarul lakum. Kita tak pernah tahu, mana yang terbaik bagi kita.
Puasa ramadlan adalah Haq Allah. Selama 11 bulan kita membiarkan diri ini diperintah nafsu. Ingin itu, ingin ini, semua kita turuti. Jika pada hawa nafsu sendiri saja kita taat, mengapa pada Tuhan yang menciptakan semua kenikmatan ini kita tak taat.
Jadi, sudah penggilan ke berapakah puasa kita kali ini? Sudah berapa kali diacuhkan? Alam ya'ni liladzina amanu antakhsya'a qulubuhum Li dzikrillah wa ma nazala minal Haq?
Dzahaba dzoma-u wabtalatil uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah...
Selamat Medang...
Bandung, 3 April 2022