Sang Pelayan

Java Tivi
0


Kisah si Jon sebelum memutuskan melayani banyak manusia yang terluka jiwanya.


"Hati manusia, itu kuat sekali," kata gurunya si Jon jauh sebelum ia menerima tantangan menjadi 'tukang konseling jalanan'. "Itu tak akan hancur. Tapi ia dapat remuk, terluka parah." sore itu mereka berbincang di pinggir sungai kecil dekat rumahnya. "Akan dengan apa kau mengembalikannya ke bentuk semula (hati itu)?"


Jon menatap gurunya yang berkata sembari memandangi senja. Muridnya tak langsung menjawab. Ia hanya menarik nafas panjang. Ia diam.


"Hehe," tawa kecil sang guru, seakan membayangkan sisi lugu dan konyol muridnya itu. "Dan kau pasti tahu, jiwa sastra-mu tak bisa kau elaborasi dengan klien-mu,"


Si Jon ikut tertawa ringan. Ia tahu antara konselor dengan klien tak boleh ada ikatan emosional, sehalus apapun pelayanannya. Terlepas dari anggapan klien yang berbeda, itu beda persoalan. Dalam konseling-konseling yang ia lakukan, ia hanya fokus pada solusi persoalan. Tidak ada cerita tentang dirinya, tidak boleh merangkai kata-kata sepedih apapun hidup yang Jon sedang alami. Puisi benar-benar meluapkan sampah pikiran. Dan si Jon tak boleh meluapkan sampah pikirannya justru pada orang yang pikirannya harus dibersihkan. Seperti biasa, menjadi sekedar pelayan seutuhnya.


"Aku... Tak pernah menganggap diri ini mampu," ucap Jon Quixote. "Aku bahkan... entahlah. Seakan wajah Tuhan menatapku dan lenyap semua hasrat dan gejolak pencapaian segala sesuatu dalam jiwaku,"


Kali ini, giliran sang guru yang memandangi si Jon yang justru tertunduk. Wajahnya memandangi rumput yang mengelilingi tempat duduk mereka.


"Tentu saja aku tak mampu. Hati remuk atau terluka." ucap Jon sembari tersenyum insecure. "Aku hanya bisa menemani mereka. Karena... Sepedih apapun, hidup ini tetap layak diperjuangkan,"


Sang guru menepuk-nepuk pundaknya. "Semangat yang kau tumbuhkan sejak lama sedang ada yang menutupi," ucap sang guru. "Ini PR-mu. Kau tak melihat itu 'kan?"


Jon terhenyak. Ia baru menyadari itu. Akar dari rusaknya pola hidup si Jon setahun ini.


"Apa yang harus aku lakukan, guru?" tanya Jon.


"Kualitas hidup seseorang ternilai dari seberapa kuat ia menepis kepedihan, dan tak hanyut dalam kemudahan hidup," kata gurunya. "Jika kelemahanmu adalah cara Tuhan untuk menjaga keseimbangan semesta-mu, maka teruslah bergantung pada-Nya. Tetap lihatlah 'peta besar' yang sedang Tuhan atur,".


"Guru, aku harus bagaimana?"


Sebuah komet melewati lubang hitam. Gravitasinya yang kuat beradu dengan daya tarik lintasannya. Komet itu tak lari, ia hanya mengikuti aliran orbit yang membawanya. Dan kelak akan terlepas dari kuatnya tarikan lubang hitam itu. Manusia tak boleh senang terus menerus. Kepedihan membuatnya belajar. Sampai apa? Sampai ia dapat tetap tenang belajar, tanpa pengaruh senang dan sedih. Dan itulah kematian yang berharga.


Minggu, 19 Juni 2022

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)