Salah satu malaikat bertanya pada Tuhan pada tiap penghancuran yang akan dijatuhkan pada umat-umat yang membangkang.
"Tuhanku, Engkau telah memperindah ciptaanmu. Engkau sempurnakan bumi dan bentuk manusia. Apakah Engkau akan biarkan Kami menghancurkan semua itu karena kedzoliman hamba-hamba-Mu?"
Dia berkata, "Perintah-Ku telah ditetapkan bahkan sebelum semesta ini digulirkan,"
***
Suatu saat ada seseorang yang mengaku telah mencuri di hadapan rasulullah. Hukum qishos berlaku, orang itu hendak dipotong tangannya di hadapan rasulullah dan banyak orang. Tapi ketika akan dipotong, mata sang nabi merem-merem, sebagai kode ketidaktegaan beliau terhadap umatnya itu. Singkat cerita, orang itu tak jadi dipotong tangannya, melainkan diampuni oleh seseorang yang barangnya dicuri dia.
Begitulah barokah umat rasulullah sholallohu alaihi wa salam. Jika umat terdahulu nabi-nabinya diberikan 'al Amr', maqom memerintah malaikat azab, dan seketika umatnya diazab. Berbeda dengan umat Nabi Muhammad, didatangkan dua malaikat seperti yang datang pada Ibrahim sebelum kelahiran Ishak dan dimusnahkannya kaum Nabi Luth.
Kataba ala nafsihi Rohmah. Ketetapan perintah dan 'kemarahannya' itu masih kalah di bawah kasih sayang-Nya. Dan di antara diundur, dipindah, dihilangkan, bahkan digantinya azab di dunia ataupun di akhirat adalah karena kekasih-kekasih-Nya yang masih melayani-Nya setulus hati. Di dalam hati mereka, para kekasih, dunia ini sudah 'tak enak' lagi.
Seorang malaikat mendatangi seorang sufi Al malamatiyah/al malamiyah. Sufi yang tak nampak kesholihannya, nampak lumrah, seperti orang awam pada umumnya. Malaikat itu berkata :
"Orang-orang berdzikir itu, aku kira untuk memuja-Nya. Ternyata, itu lebih mirip hidangan agar Tuhan kita (Allah) menuruti hajatnya. Mereka menganggap-Nya seperti kambing yang diberi makan, biar bisa dijual atau diambil dagingnya. Subhanallah,"
Lalu si sufi yang tak nampak Sholih itu berkata, "Maklumilah mereka, wahai tangan Allah. Kami ini butuh makan butuh uang, tidak sepertimu. Matta'al lakum wa Li an'amikum. Dunia ini memang untuk kesenangan kami dan binatang ternak kami. Dan seringkali kami memang susah dibedakan,"
Sholatnya rajin, tapi yang diminta kekayaan, ketenaran, atau kesaktian.
Yang dicarinya pahala, tapi yang dikhawatirkannya uang dan dunia.
Yah, bagaimana lagi. Kita kan manusia.
Jiancuk.
Senin, 8 Agustus 2022