"La yamasuhu illal muthoharun..."
Dul, Beth, Lee dan si Jon main ke rumah gurunya. Saat sampai dan duduk di ruang tamu, mereka disajikan buah nangka, rambutan, dan jeruk Bali. Rambutan dan nangka sih normal, tapi mengapa jeruk Bali? Membatin si Jon. Baru mau mengambil nangka, buah kesukaan si Jon, gurunya memanggil.
"Jon, lu bisa kesini sebentar?" kata gurunya sambil melangkah ke ruang tengah rumahnya. "Ada yang perlu dirapiin nih disini,"
Beth dan kawan-kawan nyengir, lihat si Jon yang tak bisa menikmati buah nangka yang sudah dihidangkan. Awalnya santai-santai saja, sampai ia melangkahkan kaki kanannya memasuki ruang tengah rumah gurunya. Tubuhnya masih berada disana. Dia duduk di samping kursi gurunya. Beth dan kawan-kawan sepintas melihat Jon dan guru mereka hanya duduk berhadap-hadapan. Mungkin tak sampai 5 menit. Tapi yang terjadi sebenarnya, adalah 'dialog antar ruh' (mantiqur ruh), antara si Jon dengan gurunya.
Mereka memasuki 'wilayah energi', suatu dimensi 'majma'al bahroin', bertemunya dua kumpulan energi gelap dan terang. Dari wilayah inilah keburukan atau kebaikan di dunia materi terjadi. Wilayah energi, sebuah wilayah yang nafsu dan pikiran akan mabuk dan hilang diri jika memaksa memasukinya. Wilayah ini hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang tertuntun Tuhan. Orang yang senantiasa mendahulukan 'seruan' Tuhan dan rasulullah daripada keinginannya sendiri. Wilayah kesucian, 'La yamassuhu illal muthoharun', tidak ada (jiwa) manusia mampu memasuki itu kecuali benar-benar disucikan Tuhannya.
"Apa ini, Guru?" tanya Jon. Seakan berada di tengah-tengah orbit jutaan galaksi.
"Ini adalah wilayah energi," jawab sang guru. "Sini," ajak gurunya si Jon.
Jalur Takdir Kematian
Mereka hanya melangkahkan satu kaki, namun dimensi ruang mengikuti kehendak kesadaran mereka.
"Apa ini, Guru?" tanya Jon lagi. Melihat bayangan dirinya sendiri yang sedang diikat banyak tali-tali api.
"Itu adalah ikatan-ikatan yang membelenggumu dari arah-arah yang berniat buruk padamu," jawab sang guru.
"Tapi, mengapa aku tak merasa tersiksa?" tanya Jon yang masih mengamati bayangan dirinya sendiri.
"Di wilayah (energi) ini, baik buruk menurut manusia menjadi kabur (bias)," jelas sang guru. "Yang menurut kita keburukan, bisa jadi itu adalah cara Tuhan memperbaiki kita. Begitupun sebaliknya, tidak ada kebaikan yang tak bersumber dari-Nya." gurunya si Jon melanjutkan. "Jika saja Iblis tak punya label 'laknatullah alaih', pasti dia akan menjadi makhluk paling menyesal di semesta ini. Seperti halnya azab-Nya. Itu adalah cara Dia membersihkan kita sebersih-bersihnya,"
"Azab akan membersihkan kita?" tanya Jon.
"Benar. Itu semacam kolam air suci. Beruntunglah mereka yang mendapatkan itu,"
"Tapi, apakah hanya itu cara untuk mensucikan diri?" tanya Jon lagi.
Sang guru tersenyum. Ia diperlihatkan alur kisah si Jon sejak kecil, yang merupakan 'alur azab' yang samar. Ia dibersihkan dengan nasib-nasib yang menurut manusia kebanyakan sebagai nasib sial. Dan itu menjadikannya layak untuk memasuki wilayah energi.
Bersambung, Selasa, 16 Agustus 2022