"La yamassuhu illal muthoharun"
"Apakah ikatan-ikatan api itu ada hubungannya dengan orang-orang yang menyerang ku, Guru?" tanya si Jon. Beberapa orang, bahkan istrinya, mendapatkan amtsal-amtsal tentang si Jon yang sedang diserang batinnya dari berbagai arah. Juga jejak-jejak penyakit masa lalu yang tiba-tiba muncul ke permukaan ingatan. Tahun 2013, ia disihir dengan perantara yang paruhnya diselotip. Burung itu tak bisa makan, dan akhirnya stress lalu mati. Secara psikologis si Jon sakit rahang, mulutnya tak bisa dibuka. Analisisnya, ada emosi/luapan sampah pikiran yang harus ia keluarkan tentang persoalan perjuangan sosial pendidikan keluarganya. Tapi di belakang itu, ternyata ada sihir yang dihembuskan. 2015, batuk darah, dokter salah diagnosa TBC sedangkan itu asam lambung. Mimpi telapak tangannya dimasuki cacing-cacing serabut. Telapak tangan dengan sendirinya terasa panas. Ending semua itu di 2017, ketika ia nyaris lumpuh dan diangkat ke langit, dan 'disuruh pulang' kembali oleh (mungkin) rasulullah. "Enak-enakan kamu disini. Lalu, umatku siapa yang menemani?" si Jon dengan lugu-nya pun turun ke bumi lagi.
"Itu tak penting," kata gurunya. "Ingatlah, tak ada satu hal pun di dimensi kita yang mampu memberi manfaat atau bahaya tanpa melalui wilayah ini. Secara sederhana, kita menyebut ini sebagai Kehendak Allah. Berada dalam kehendak-Nya segala sesuatu berjalan sesuai aturan-Nya,"
Sebelum peristiwa ini, si Jon pernah diterawang oleh beberapa orang bahwa dia dalam incaran mantra-mantra banyak orang. Dia hendak dicelakai. Tapi, selain si Jon diberikan kemampuan untuk melihat di atas itu, ia juga tak peduli. Sebab peduli pada hal-hal remeh akan menjadikan jiwanya se-remeh itu.
"Ketahuilah, bahwa mulutmu itu hanya alat untuk bicara di dimensi materi," lanjut gurunya si Jon. "Sedangkan pikiran, ilmu, itu sebagai alat komunikasi jiwa. Tapi ruh-mu, adalah sarana untuk berkomunikasi dengan jiwa-jiwa yang telah disucikan."
Penghuni di Tiap Lapisan Cahaya (II)
"Sesaat sebelum seseorang menemui ajalnya, ia akan diajak bicara di wilayah ruh," lanjut sang guru. "Itu adalah pengganggu alur hidup. Jika kau mengiyakan, memilih menyerah hidup dari dialog itu, maka Izroil akan datang, dan melalui wilayah ruh itu,"
Si Jon mendengarkan fokus.
"Seseorang akan meninggal dengan mudah, jika ia telah merelakan dunia, dan orang-orang yang mencintainya telah merelakannya juga. Izroil tidak akan menampak seperti mata-mu melihat buah-buahan di meja tamu itu. Ia akan bicara dari wilayah energi ini. Engkau akan mendengar itu seperti saat mendengar khatir-khatir saat kau masih di dunia,"
"Juga empat pertanyaan setelah seseorang dipendam (dikubur)," lanjut sang guru. "Munkar dan Nakir tidak nampak seperti kau melihat dengan mata materi-mu. Tapi berwujud khatir yang bertanya lewat ruh-mu. Pertanyaan itu akan menjadikanmu dikumpulkan dengan orang-orang atau dunia sesama-mu. Jika ia beriman, ia akan tertuntun dalam dunia kebahagiaan, 'wa yanqolibu ilaa ahlihi masruro..'. Dan jika ia masih mencintai dunia materi, ia akan tersesat, 'ya laytani kuntu turooba..'. Tugas orang-orang seperti-mu, dan mereka yang wafat sebagai jiwa-jiwa syahid-lah yang akan menuntun orang-orang tersesat itu,"
Si Jon nampaknya paham dengan apa yang gurunya jelaskan itu.
"Ada tujuh lapisan langit (spektrum) sebelum kau dipertemukan dengan para nabi saat rasulullah mi'raj," lanjut sang guru. "Lapisan (spektrum) merah, ini adalah (si Jon diajak ke wilayah ini) dimensinya jin-jin dengan segala kompleksitasnya. Orang-orang yang senang dengan kesaktian-kesaktian, mereka dibantu oleh makhluk-makhluk dari lapisan langit ini. Kau akan terjebak di spektrum ini jika hanya mampu mengendalikan amarahmu, tanpa mampu mengendalikan nafsumu. Hindarilah amarah, dendam, dengki, prasangka buruk, agar kau mampu ke spektrum jingga,"
"Lapisan langit (spektrum) jingga berisi jiwa-jiwa di alam kubur, tapi bukan dalam golongan ulama, atau syuhada. Lapisan langit ini akan kau masuki saat kau melawan nafsu-mu. Orang-orang yang mampu melihat jiwa-jiwa di alam kubur, mereka dibantu makhluk di spektrum merah, terjebak disana. Orang-orang yang masih senang dipuji, mencari ketenaran, pujian, rasa keberpemilikan, tak akan naik ke spektrum kuning,"
"Jika kau mampu mendidik nafsumu, dan masih tertuntun oleh Allah, kau akan diperlihatkan spektrum kuning. Wilayah para ulama, syuhada, yang masih mengajari manusia-manusia di alam materi tanpa sepengetahuan mereka. Di spektrum ini, tiap kau belajar sesuatu, kau akan diajari dan diberikan 'tahqik' (verifikasi), baik dari qur'an, hadits, ahwal ulama, atau pengalaman hidup,"
"Jika kau tak terjebak di spektrum itu, dan masih ingin menemui-Nya, maka kau akan diajak ke spektrum hijau. Spektrum ini milik Nabi Khidr. Ada empat syarat agar kau tertuntun mencapai itu. Pertama, kau benar-benar melayani, mengasihi, umat rasulullah. Kedua, kau menjaga keseimbangan di wilayah energi ini. Tiga, kau tak meminta dihargai masyarakat dari perjuangan sosial yang kau lakukan. Keempat, engkau tak punya keinginan personal lagi. Karena kehendak-Nya menjadi kehendakmu. Kau tak lagi hidup bersumber dari rasa ingin di dalam dirimu. Melainkan hidupmu bersumber dari ketaatan pada Allah dan rasulullah,"
"Masih ada tiga spektrum lagi. Akan aku jelaskan, insya allah, saat kau datang kembali," kata gurunya si Jon.
Jon pun melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Teman-temannya tak tahu, si Jon baru saja memakan 'hidangan' yang lebih 'nikmat' daripada buah-buahan yang disajikan di meja tamu itu.
"Ngapain, Jon?" tanya Beth penasaran.
"Cuma beresin kipas angin," jawab Jon.
"Kok cepet?" tanya Beth lagi.
"Lah gimana ga cepet, orang cuma nyalain pake remote," jawab Jon lagi.
wkwkwkwk.
Kawan-kawannya tertawa.
Mereka tak paham, bahwa buah-buahan yang disajikan itu juga berarti perumpamaan mereka. Ada rambutan, kecil, berambut nampak tak enak dari luarnya, tapi manis dalamnya. Ada nangka, mengerikan di luarnya, penuh perjuangan mengupasnya, banyak getahnya, tapi manis dan pulen dagingnya. Ada juga jeruk bali, halus dan bersinar kulitnya, tapi asam di dalamnya. Si Jon disuruh sang guru untuk terus menemani mereka, di dunia ataupun di akhirat nanti.
Selasa, 16 Agustus 2022