Tulisan ke-2
Jika derita menjadikanmu tetap menatap wajah-Nya, itu jauh lebih baik daripada kenikmatan dunia bahkan yang paling lezat._Jon Q_
Dialog bersama temannya saat masih mengajar di SMK itu berlanjut. Teman si Jon itu dulu pernah mengamalkan banyak dzikir, jadi jiwanya relatif tenang. Saat mendengarkan celoteh si Jon yang sulit mencari verifikasinya itu, dia mencoba menyimak dengan detail.
"Spektrum biru, ini yang menuntun Nabi Isa." lanjut si Jon. "Spektrum ini adalah wilayah ilmu huruf. Sumber-sumber ilmu yang ketika kita sampai pada semesta ini, ilmu didiktekan dalam tiap hal yang datang pada kita,"
"Ngeri bener ya," respon teman si Jon. "Syarat dan ketentuannya apa nih masuk ke spektrum biru itu?" teman si Jon bertanya agak bercanda.
"Keistiqomahan yang kita lakukan di syarat spektrum hijau, akan menjadi washilah kita naik ke spektrum selanjutnya," jawab Jon.
"Lu udah kesana semua, Jon?" tanya teman Jon lagi.
"Wallahu a'lam. Entah benar atau engga, kasyaf dan 'burhan' (penjelasan bersamaan dengan tahkik/verifikasi) diperlihatkan kepadaku,"
Teman si Jon diam.
"Spektrum Nila, ini yang akan menuntun Nabi Yusuf," Jon melanjutkan. "Spektrum nila ini paling ruwet. Nyaris nggak ada yang mampu bertahan dengan tetap membawa petunjuk Allah. Hanya orang-orang yang mendapatkan rahmat dan fadilah dari Allah saja yang mampu. Wilayah ini adalah semesta amtsal, simbol-simbol, kode-kode, isyarat-isyarat yang hanya Nabi Yusuf yang mampu mengajari itu,"
"Ada orang biasa seperti kita yang mampu kesana, Jon?" tanya teman si Jon lagi.
"Itu kehendak Allah, Beth," jawab si Jon. "Upaya kita nggak akan bisa sampai kesana. Gimana Allah saja itu sih, setelah kita menaati dan kehilangan invidualitas diri kita,"
"Nah, Kalau spektrum terakhir, itu apa?" tanya Beth.
"Itu spektrum ungu. Wilayah perizinan naik ke langit-nya Nabi Idris di langit pertama. Wilayah ini spektrum tertinggi. Seseorang yang sampai kesana pasti menjadi manusia paling nggak umum di kalangan kita di bumi ini." Jon menjelaskan.
"Orang aneh, maksudnya?" tanya Beth.
"Ya nggak setiap orang aneh pasti sudah mengalami ini," Jon terkekeh.
"Maksudnya, elu yang aneh ini juga belum kesana? Hahah,"
Mereka tertawa.
"Tapi Jon, bukannya langit pertama itu Nabi Adam sesuai isra mi'raj rasulullah?" tanya Beth.
"Ada yang bertemu Nabi Adam, ada pula yang bertemu Nabi Idris disana." kata si Jon.
"Lah memang apa bedanya?"
"Beda ilmu," kata si Jon lagi. "Ilmunya Nabi Idris sangat beda dengan ilmunya Nabi Adam,"
"Bedanya?"
"Di antara ilmunya Nabi Idris : ilmu tentang beragam rahasia makhluk-makhluk ruhani, ilmu tentang cahaya dan sinar, ilmu tentang kilat dan rentetan cahaya, ilmu tentang setiap jasmani yang bercahaya, mengapa ia bisa bercahaya dan kombinasi tabiat (mizaj) seperti apa yang bisa membuatnya menerima hal itu. Seperti kunang-kunang dan akar pohon tin pada tumbuhan, atau seperti batu yang disepuh emas dan batu yakut, serta daging hewan tertentu. Ilmu tentang kesempurnaan mineral, tumbuhan, hewan, manusia, dan malaikat. Ilmu tentang pergerakan lurus yang muncul pada hewan atau tumbuhan. Ilmu tentang karakteristik sebuah struktur dan nafas cahaya-cahaya. Ilmu tentang melepas dan memasang kembali ruh-ruh pengatur. Menjelaskan perkara-perkara yang samar, dan mengurai hal-hal musykil dari persoalan-persoalan yang tidak jelas. Ilmu tentang lantunan suara perputaran orbit dan roda-roda yang berputar, dan beragam suara alat musik, baik yang dipetik maupun yang lain. Ilmu tentang munasabah suara-suara tersebut dengan tabiat-tabiat hewan dan suara-suara apa saja yang ada pada tumbuhan. Ilmu tentang ke mana makna-makna ruhani dan aroma-aroma parfum yang wangi berakhir, apa saja campuran-campuran yang membuatnya wangi, kenapa dan ke mana ia kembali, bagaimana cara angin memindahkannya hingga mencapai indera penciuman, dan apakah ia sebuah substansi atau aksiden."
Bersambung....
Jumat, 2 September 2022