Abaikan omongan _umbrus_ orang-orang yang menganggap dirinya mampu melihat masa depan. Sebab, masa depan itu *tidak tunggal*. Misal tentang jodoh, telah disiapkan se-miliar (jika sejuta tidak nampak banyak/rumit) jalan takdir seorang pria menikahi seorang perempuan dari 4,5 miliar perempuan di bumi ini. Tidak aneh, ada perempuan jerman menikahi pemuda kampung dari Padang, perempuan Italia datang sendirian ke Kendal dan menikahi seorang satpam, atau putri kaisar jepang yang rela melepas keningratannya demi menikah dengan rakyat jelata. Masa depan tidak tunggal, jika ada orang yang merasa dirinya mampu melihat masa depan, itu hanya 1 atau 2 kemungkinan dari se-milyar jalan takdir tadi yang mungkin terjadi. Itu adalah konsep fisika Newton. Konsep fisika Einstein beda lagi.
*Lalu, mengapa pikiran menjadi khawatir / kebingungan ketika membaca / menerka masa depan?*
Selain jalan takdir yang ampun-ampunan rumit dan banyak itu, ada yang namanya *uncertainly principle*. Prinsip ketidakpastian / ketidakjelasan kuantum. Di level pikiran, segala sesuatu mungkin, semua jalan takdir tadi (yang se-milyar itu, hanya metafor untuk menunjukan kemungkinan yang sangat banyak) bisa saja terjadi tapi tak bisa dipastikan. Mengapa? Sebab, *prinsip ketidakpastian* ini, *semakin akurat mengukur kecepatan suatu partikel, semakin sulit menentukan posisi partikel tersebut*. Begitupun sebaliknya, *semakin akurat mengukur posisi sebuah partikel, semakin sulit mengukur kecepatannya*. Maka, pikiran tentu akan colaps, error, _kenthir_ , jika harus menentukan mana masa depan yang akan terjadi dari milyaran jalan takdir masa depan yang diciptakan Allah itu.
Sebaliknya, dengan hukum C = m.ty² (upgrading dari rumus E = m.c²) kita (dengan izin Allah tentunya) diperlihatkan jalan-jalan takdir itu dan dapat diajari bagaimana menuju titik takdir yang terbaik dan, tentu saja, Allah ridhoi. Sebab, dalam rumus itu ( C = m.ty² ), *kesadaran* (disimbolkan dengan C / Consciusness), itu cara kita 'melihat' takdir Allah yang sudah selesai dituliskan dari awal Big Bang sampai kiamat nanti. Sebaliknya, konsepsi ruang waktu Newton itu untuk mengukur aktivitas materi padat/nampak, sedangkan konsepsi ruang dan waktu Einstein untuk melihat realitas alam pikiran yang lebih halus. Tapi, kedua konsepsi itu masih menggunakan awal dan akhir waktu. Di sisi lain, konsepsi 'ruang dan waktu' kesadaran (rumus di atas) itu sudah tidak ada awal dan akhir lagi. *Al Awal* dan *Al Akhir* Allah ajarkan pada kita saat 'kesana' (wilayah kesadaran).
Lalu, bagaimana caranya mencapai titik takdir yang terbaik dan diridhoi Allah tadi? Hehehe.
Aku cuma bisa bilang, jangan paksa pikiran untuk melakukan tindakan di bukan wilayahnya. Sebaliknya, berikhtiarlah, sisanya aku bantu (dengan izin Allah), insyaallah.