Keruntuhan Mental (2)

Java Tivi
0


Penderitaan adalah kehormatan untuk setiap anak muda. Tangan yang terbiasa meminta dan menerima, tak akan kuat digunakan untuk berperang (berjuang). Yang menyenangkan diam-diam melemahkan, yang melelahkan diam-diam menguatkan._Jon Q_


Katanya, penderitaan terbesar adalah perjalanan mencari Tuhan. Tapi ada yang lebih besar lagi, katanya, yaitu ketika memahami bahwa yang selama ini kita cari-cari adalah 'Diri' kita sendiri. Pencarian Tuhan seperti seseorang yang mencari suara di kegelapan malam. Tapi ketika cahaya mentari menyinarinya, ia mengerti, yang selama ini ia cari adalah dirinya sendiri. Diri yang Qadim, yang Adzim, yang Perkasa, yang kita sebut sebagai Tuhan. Sebab, ketika seseorang telah mensucikan nafsu-nya sendiri, sampai-sampai ia tak tahu lagi apa yang diinginkannya di dunia atau di akhirat selain menaati Tuhannya, ia fana : lenyap. Bagaimana mungkin ada yang mewujud di Hadapan-Nya?


Maka proses penderitaan ketika penyucian nafsu itu adalah kenaikan, perjalanan kembali, melenyapkan diri. Tidak terpikirkan lagi hasrat-hasrat, keinginan, ambisi, gejolak nafsu yang memburu di dalam pikiran atau bahkan sebatas bersitan hati. Ia yang telah disucikan, tak mengerti lagi apa itu kesabaran, syukur, keikhlasan, ketakwaan, dan hal-hal yang pada awalnya ia cari sungguh-sungguh. Mentalnya runtuh, pandangannya seakan kosong, sebab yang ada hanyalah perintah dan kehendak Tuhan saja. Ia makan, tidur, berhubungan badan dengan yang halal, tapi tidak karena keinginannya sendiri. Ia melakukan itu sebab kewajiban. Makan minum dan tidur menjaga tubuh, berhubungan badan pada yang halal menjaga ketaatan pada Tuhan. Untuk dia sendiri, kebahagiaan menjadi hal yang usang. Dia berpikir, merasa, atau bahkan menerima ilham. Tapi sama sekali tidak ada getar keinginan dalam pikiran dan hatinya lagi.


Mungkin itu yang aku sebut sebagai KERUNTUHAN MENTAL.


Selasa, 2 Januari 2024

Tags

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)